TEMPO.CO, Texas - Ahmed Mohamed, bocah pembuat jam yang dikira bom oleh guru dan polisi Amerika, kini menjadi rebutan universitas-universitas mentereng kelas dunia.
Sebut saja Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan Harvard. Kedua universitas ternama itu berebut untuk mendapatkan remaja yang ditahan setelah gurunya mengira jam digital buatannya adalah bom.
Ahmed memperoleh dukungan luar biasa setelah kejadian di SMA MacArthur, Texas, yang melihat dia diborgol dan dibawa ke pusat tahanan remaja, Rabu lalu.
Remaja keturunan Sudan berusia 14 tahun itu membawa jam yang dipasangnya pada papan sirkuit dan menggunakan kabel lama yang ditemukan di garasi ayahnya.
Seorang gurunya mengira Ahmed membawa bom ke dalam kelas dan guru Matematika itu melapor ke polisi. Namun, pengalaman buruk itu membawa berkah bagi Ahmed.
Perguruan tinggi teknologi terkemuka Amerika Serikat kini bersaing untuk mendapatkan siswa inovatif itu.
Dalam wawancara lintas langsung dengan stasiun televisi MSNBC, staf pengajar Departemen Fisika MIT Chanda Prescod-Weinstein menyebut Ahmed siswa ideal.
"Anda siswa ideal saya. Orang kreatif seperti kamu layak untuk menjadi ahli fisika," kata Chanda.
Dia juga mengundang Ahmed mengunjungi MIT dan berkatamantan penasehatnya di Universitas Harvard juga ingin membawa remaja itu mengunjungi bagian astrofisika mereka.
Penawaran juga diterima dari dunia jaringan sosial.
Menulis dalam akun resmi Facebook-nya, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan: "Memiliki keterampilan dan cita-cita untuk membuat sesuatu yang menarik seharusnya mendapat pujian, bukan ditahan. Masa depan adalah milik orang seperti Ahmed. Ahmed, jika kamu datang ke Facebook, saya senang jika bisa bertemu kamu. Lanjutkan membangun."
Twitter juga menghubungi Ahmed dengan menulis: "Kami suka menghasilkan sesuatu di Twitter. Sudikah Anda melakukan sesuatu bersama kami? Kami senang jika dapat melakukannya! "
Google juga mengirim pesan kepada remaja tersebut dengan mengatakan, ia menyediakan tempat untuk Ahmed di festival sains yang dimulai hari ini dengan berkata: "Bawa jam bersama!"
Ilmuwan Badan Administrasi Antariksa Amerika Serikat (NASA) turut mengajak remaja itu mengunjungi laboratorium mereka.
Ahmed, ketika berbicara pada konferensi pers mengenai penahanannya mengatakan: "Saya sudah dapat melihat dunia nyata. Saya tidak bisa melihat dunia seperti saya lihat sebelumnya. Saya menyukai sains. Tapi saya lihat ini menjadi ancaman karena warna kulit saya. "
Ayahnya, Mohamed Elhassan Mohamed, mengatakan, dia percaya kejadian itu ada kaitannya dengan agama.
"Anak saya sangat kecewa. Dia ingin menjadi seperti Einstein. Dia banyak ide. Tak ada sekelumit niat jahat dalam dirinya. Saya percaya kejadian ini terjadi karena Islamofobia dan dampak dari 11 September, "katanya.
INDEPENDENT | YON DEMA
Baca juga:
Mau Menikah Bulan Mei, Ini Pengakuan Terus Terang Luna Maya
Guru Cantik di SMA Mundur Setelah Berpose Tak Patut di Video