TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Fraksi Partai Golkar Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Timur, Sahat Tua Simanjuntak, mengaku di-bully habis-habisan di media sosial setelah mobilnya menyenggol kendaraan wartawan hingga roboh. Sahat menilai komentar miring netizen tersebut sebagai pembunuhan karakter. "Padahal tidak terjadi apa-apa, hanya peristiwa kecil," kata Sahat ketika dihubungi Tempo, Selasa, 22 September 2015.
Sahat mengakui memang menabrak sepeda motor seorang wartawan di tempat parkir basement DPRD Jawa Timur. Peristiwa tersebut terjadi saat dia tengah memarkir mobil sedannya dengan nomor polisi L-10-BS. "Saya tidak menabrak, hanya menyenggol. Itu saat saya memundurkan mobil saya di basement," kata Sahat. Menurut Sahat dia sedang terburu-buru karena sidang paripurna akan dimulai sepuluh menit kemudian. "Saya masuk dari arah utara."
Baca Juga:
Menurutnya, di pintu masuk itu memang ada tulisan verboden atau terlarang. Kata dia, tulisan itu sebagai tanda bahwa tempat itu bukan parkir umum, melainkan khusus untuk anggota Dewan saja. "Saya akhirnya lewat basement itu untuk parkir," ujarnya.
Setelah mobilnya menyenggol sepeda motor, Sahat kemudian didatangi oleh beberapa wartawan yang sedang berkumpul di kantin. Sahat mengaku kaget karena awalnya dia tidak merasa menabrak sepeda motor. "Saya datangi siapa yang merasa saya senggol. Dia kemudian minta ganti rugi ke saya karena wartawan itu mengaku kena knalpotnya," katanya.
Sahat tak membantah berbicara meledak-ledak sehingga terlihat seperti orang emosi. Tapi menurutnya gaya berbicara seperti itu sudah menjadi ciri khasnya. "Kalau orang kenal saya pasti tahu kalau gaya bicara seperti itu," katanya. Sahat lalu menyuruh seorang asistennya untuk membayar ganti rugi. Sahat memberikan uang Rp 1 juta kepada wartawan itu. "Saya kasih Rp 1 juta dari Rp 2 juta untuk ganti ruginya."
Joko Hermanto, wartawan yang sepeda motornya di tabrak Sahat, berujar bahwa sebetulnya tidak mempermasalahkan kendaraannya roboh. Yang dia permasalahkan hanyalah arogansi Sahat sebagai anggota Dewan.
"Saya permasalahkan sifat arogannya yang tidak meminta maaf tapi malah membentak-bentak. Pak Sahat bahkan bilang jalur yang seharusnya dilarang itu bebas bagi Ketua Fraksi Golkar," ujarnya.
Joko tak membantah telah diberi ganti rugi Sahat untuk memperbaiki knalpotnya yang tepos dan slebornya tergoser. "Pak Sahat nawari ganti rugi Rp 1 juta apa Rp 2 juta. Waktu itu saya diam saja karena bingung harus bilang apa. Setelah itu Pak Sahat rapat dan kemudian asistennya ngasih uang saya Rp 1 juta," katanya.
EDWIN FAJERIAL