TEMPO.CO, Banjarmasin - Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) mensinyalir ada puluhan bekantan yang tewas akibat kebakaran hutan di Desa Sungai Rutas, Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Ketua SBI Amelia Rezeki mengatakan timnya telah menemukan jejak bekantan hangus terbakar sebanyak tiga ekor di sana. “Satu ekor dikubur warga, tapi dua lain diduga sudah dimakan binatang,” kata Amelia kepada Tempo di markas penangkaran binatang SBI, Selasa malam, 22 September 2015.
Menurut keterangan warga sekitar, ucap dia, populasi bekantan di desa setempat sekitar 30 ekor. Dari jumlah ini, SBI menduga hanya kisaran tujuh-sepuluh ekor bekantan yang selamat dan tiga ekor lain dipastikan tewas. Persoalannya, ia belum menemukan jejak bekantan yang hidup. “Di luar tujuh-sepuluh ekor ini, kami prediksi sisanya bisa saja mati terpanggang,” ujar Amelia.
Kalaupun benar puluhan bekantan ini tewas, ia menduga hal itu terjadi sejak Kamis pekan lalu saat kawasan itu terbakar. Sedangkan pihaknya baru menerima laporan dari warga atas kematian tiga ekor bekantan pada Minggu, 20 September 2015, atau tiga hari pasca-kebakaran hutan. Hanya satu ekor bekantan usia sekitar 2 tahun yang berhasil ia selamatkan dengan kondisi penuh luka gores pada bagian wajah.
Kini satu ekor bekantan jantan ini dalam tahap pemulihan di penangkaran SBI. Setelah hewan itu sehat, tim SBI akan melepaskannya di Pulau Bakut sebagai habitat bekantan.
Terkait dengan populasi bekantan di Desa Sungai Rutas, ia yakin hitungan warga tidak meleset. Sebab, hewan ini hidup dan beraktivitas secara berkelompok. Menurut Amelia, bekantan kerap muncul kala sore hari pada titik-titik tertentu secara berulang-ulang.
Kebakaran hutan menjadi ancaman serius bagi habitat bekantan selaku spesies kunci ekosistem. Jika kebakaran terus berulang saban tahun, Amelia cemas bisa memutus mata rantai ekosistem bekantan dan hutan. Ia mendesak pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan.
Koordinator Kaukus Lingkungan Hidup dan Kehutanan Legislatif Kalimantan Selatan, Zulfa Asma Vikra, menuturkan belum ada langkah serius dari pemerintah dan legislatif setempat dalam hal pelestarian lingkungan. Ia berharap stakeholder memiliki political will yang termaktub dalam anggaran belanja buat pelestarian lingkungan.
“Di Kalimantan Selatan belum ada anggaran rehabilitasi bekantan. Kami sebenarnya menyoroti banyak hal, mulai pelestarian hutan lindung, satwa, RTRW Kalimantan Selatan, reklamasi pasca-tambang, hingga menuntut tanah adat di hutan lindung bagi masyarakat adat,” kata Zulfa.
DIANANTA P. SUMEDI