TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil mengagumi sosok pengacara senior, Adnan Buyung Nasution, layaknya junior yang mengidolakan seniornya.
“Pengalaman pribadi bersama beliau tak cukup banyak, kecuali kita sama-sama kenal baik sebagai junior mengagumi senior,” kata Sofyan seusai melayat di kediaman Adnan, di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu malam, 23 September 2015.
Sofyan bercerita semasa Orde Baru, Adnan Buyung adalah orang yang berani dan mau mengambil risiko. “Dia stand up terhadap keyakinan, hak asasi manusia, dan prinsip perlindungan warga negara. Sikap seperti itu yang menjadi idola,” kata dia.
Ia menilai ada tiga hal yang menjadikan sosok almarhum luar biasa di matanya. “Ini contoh untuk anak muda, dia konsisten, fight terhadap yang diyakini, dan tidak mengalah saat mengalami kesulitan,” katanya.
Lebih lanjut Sofyan mengungkapkan, kepergian Adnan Buyung membuat semua orang yang mengenalnya merasa kehilangan. Tidak hanya sebagai pendekar hukum, tapi juga sebagai panutan, seorang warga negara yang baik, dan pejuang hak asasi manusia.
Ia juga mengatakan pengalaman Adnan Buyung dapat dijadikan inspirasi bagi anak muda masa kini. “Mari kita jadikan pengalaman Bang Buyung inspirasi bagi anak muda dan mahasiswa. Mari kita berani bermimpi,” kata dia.
Adnan Buyung Nasution meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah hari ini, 23 September, pukul 10.15 WIB. Kondisi kesehatan Adnan mulai menurun sejak Desember tahun lalu. Dia menderita gagal ginjal lantaran sering mengkonsumsi obat darah tinggi dan hemodialisis. Sejak itu pun Adnan harus melakukan cuci darah tiga kali dalam sepekan. Adnan Buyung Nasution disemayamkan di rumah duka di Poncol Lestari Nomor 7 Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan akan dikebumikan di Tanah Kusir esok hari.
FRISKI RIANA