TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Amidhan Shaberah, meminta masyarakat, khususnya umat Islam, tak mengaitkan kemunculan blood moon atau bulan darah dengan takhayul. Menurut dia, adanya bulan darah justru harus dipahami sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri dengan cara menjalankan ibadah.
"Jadi jangan kaitkan kemunculan bulan darah itu sebagai bentuk bahwa Tuhan sedang marah," kata Amidhan saat dihubungi Tempo, Senin, 28 September 2015.
Amidhan berujar, memang fenomena bulan darah ada kaitannya dengan agama. Namun kaitannya positif. Artinya, ucap dia, masyarakat harus lebih mengimani Tuhan lantaran kemunculan bulan darah itu merupakan kuasa Tuhan. "Caranya, dengan mengucap takbir dan melakukan salat sunah. Bukan berarti harus ditakuti atau dipercaya sebagai takhayul."
Baca juga:
Hotel Transylvania 2 Sisihkan The Intern di Box Office
TRAGEDI MINA: Cerita Korban yang Sudah Siapkan Kain kafan
Dia membantah anggapan kemunculan bulan darah terkait dengan tanda-tanda kiamat atau adanya bencana. Sebab, menurut dia, dalam Islam, tanda-tanda kiamat sudah jelas tercantum dalam kitab suci. Kemunculan bulan darah bukanlah satu dari tujuh tanda kiamat dalam Al-Quran.
Gerhana bulan nanti malam adalah gerhana bulan darah yang keempat dalam satu rangkaian atau disebut blood moon tetrad. Disebut tetrad karena empat gerhana bulan total yang posisinya menyebabkan gelombang merah cahaya matahari masuk ke atmosfer bumi sehingga mengubah bulan menjadi merah. Blood moon sudah terjadi tiga kali terjadi. Kemunculan yang terakhir terjadi pada 15 April 2014. Senin, 28 September 2015, bulan darah diprediksi kembali terjadi. Pada masa yang akan datang, fenomena ini diperkirakan kembali terjadi pada 2032-2033.
Sejumlah penganut aliran kepercayaan percaya bahwa kemunculan fenomena blood moon tetrad merupakan tanda-tanda terjadinya hari akhir atau hari kiamat. Kemunculan fenomena bulan darah yang terjadi pada hari-hari perayaan agama Yahudi semakin memperkuat anggapan tersebut.
Kemunculan bulan darah berturut-turut terjadi tepat pada perayaan Paskah pada April 2014, Sukkot pada Oktober 2014, dan Paskah pada April tahun berikutnya. Terakhir, kemunculan bulan darah akan bertepatan dengan perayaan Yahudi yang dikenal dengan Hari Raya Pondok Daun atau Tabernakel.
Pada 1493, blood moon tetrad juga terjadi bertepatan dengan perayaan keagamaan Yahudi. Saat itu, umat Yahudi diusir dari Spanyol semasa era penaklukan Spanyol. Blood moon tetrad berikutnya terjadi pada 1949 setelah negara Israel terbentuk. Terakhir, fenomena itu terjadi saat Israel memenangi perang enam hari melawan negara-negara Arab.
REZA ADITYA
Simak juga:
Hotel Transylvania 2: Lebih Kocak Dibanding yang Pertama
Ini Kronologis Pencurian Mobil yang Diduga Dilakukan Limbad
Video Terkait: