TEMPO.CO, Sorong - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangile mengatakan lembaganya sedang menaksir total biaya kerusakan dan kerugian akibat gempa bumi di Sorong, Papua Barat. Diperkirakan seluruh kerugian akibat gempa itu bakal selesai dihitung secara keseluruhan untuk dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo pada 5 Oktober 2015.
"Penilaian kerusakan dan kerugian sedang dilaksanakan dan ditargetkan selesai hari Senin," kata Willem, melalui pesan singkat, Senin, 28 September 2015. "Hasil penilaian ini akan digunakan sebagai acuan pemulihan dampak bencana gempa bumi."
Sebelumnya, atas instruksi Jokowi, Willem langsung bertolak ke Papua Barat. Dia mengatakan daerah terdampak yang paling parah adalah kota Sorong. "Karena padat penduduk dan bangunan," ujar dia. Sedangkan daerah terdampak lain yang tidak begitu parah adalah Kabupaten Raja Ampat.
Menurut dia, beberapa fasilitas umum di kota Sorong, seperti Rumah Sakit Umum Kota Sorong dan menara Air Traffic Controler (ATC) Bandara Kota Sorong rusak parah. "Ini sudah harus diperbaiki. RSU Kota Sorong juga sebagaian dindingnya retak. Dan pasien sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Angkatan Laut setempat untuk menghindari adanya gempa susulan."
Willem mengatakan lembaganya dibantu dengan TNI akan segera melakukan perbaikan. "Agar perekonomian masyarakat bisa kembali berjalan," ujar dia.
BMKG mencatat, pada Kamis, 24 September 2015, pukul 22.53, terjadi gempa dari kedalaman 10 meter di laut yang berjarak 31 kilometer arah timur laut Kota Sorong, Papua Barat. Berkekuatan magnitudo 6,8, intensitas gempa terkuat dengan skala IV-V terasa di Sorong atau terendah di Manokwari, yang berada di timur Sorong dengan instensitas gempa II-III.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sorong dan BPBD Raja Ampat mencatat gempa bumi selama 15 detik di Kota Sorong itu menyebabkan 17 orang luka berat, 45 orang luka ringan, dan 200 rumah rusak.
REZA ADITYA