TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi mengimbau PT Pertamina (Persero) menurunkan harga Premium untuk mendukung upaya perbaikan kondisi perekonomian nasional. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto berencana mengevaluasi harga Premium untuk menemukan peluang penurunan harga.
"Kalau evaluasi sampai Agustus kemarin, Pertamina masih minus dua persen. Nanti kami lihat di September ini," katanya saat ditemui di kompleks Istana Presiden, Kamis, 1 Oktober 2015.
Mantan Direktur PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tak menyebutkan jumlah potensi penurunan harga Premium. Setelah mengevaluasi, Dwi akan mencari langkah-langkah efisiensi untuk menurunkan harga Premium.
Dwi mengatakan jika proyek Residual Catalytic Cracking (RFCC) di kilang Cilacap di Oktober ini berjalan, Pertamina dapat menurunkan impor sebanyak 5 persen untuk produk BBM. Dan mengoptimalisasi proyek lain seperti pengoperasian kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Kalau kilang PT TPPI tersebut beroperasi, Pertamina dapat menekan impor 10 persen dari produk BBM. Tak hanya itu, implementasi penggunaan biodiesel yang menggunakan CPO juga dapat menekan impor solar Pertamina. Pengurangan kebutuhan dolar ini termasuk dari upaya efisiensi Pertamina.
"Itu kan sudah ditetapkan (penggunaan biodiesel) bahwa tahun ini 15 persen dan tahun depan 20 persen. Itu tentu signifikan menekan impor solar," kata dia. Dwi menuturkan masih ada upaya improvement untuk menurunkan harga Premium.
ALI HIDAYAT