TEMPO.CO, Roseburg - Presiden Barack Obama mengungkapkan kemarahan sekaligus keprihatinannya dengan kasus penembakan massal yang kini telah menjadi "rutinitas" di Amerika Serikat. Kasus terakhir, seorang pria bersenjata mengamuk di Umpqua Community College di Kota Roseburg, Oregon, Amerika Serikat, Kamis waktu setempat. Dalam peristiwa ini, dikabarkan 13 orang tewas dan 20 orang luka-luka.
"Entah bagaimana ini telah menjadi rutinitas. Kami telah menjadi mati rasa untuk ini," kata Obama dalam pidatonya. Ia terlihat frustrasi karena reformasi undang-undang senjata gagal, Kamis, 1 Oktober 2015, waktu setempat.
Padahal, Obama sering kali menyesalkan adanya penolakan Kongres untuk meloloskan langkah-langkah kontrol senjata dalam upaya mencegah terjadinya penembakan massal, terutama setelah aksi pembantaian 20 siswa dan enam guru di Sandy Hook Sekolah Dasar di Newtown 14 Desember 2012.
Obama mengatakan bahwa ia tahu lawan politiknya akan menuduhnya mempolitisasi tragedi tersebut.
"Ini adalah pilihan politik yang kita buat untuk membiarkan hal ini terjadi setiap beberapa bulan di Amerika," kata Obama, yang menyebut pemerintah dan kongres bertanggung jawab kepada keluarga-keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai karena kelambanan ini.
Menurut Obama, untuk merombak undang-undang tidak cukup dengan pikiran dan doa. Semua pihak harus menekan parlemen untuk bersama menyelesaikan undang-undang. "Ini bukan sesuatu yang bisa saya lakukan sendiri," ujarnya.
CNN | EKO ARI