TEMPO.CO, Jakarta - Sepatu dan tas sekolah Putri Nur Fauzia, anak perempuan yang dibunuh dan mayatnya diletakkan di dalam kardus, tak ada di tempat penemuan korban.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Kalideres Ajun Komisaris Khoiri mengatakan Putri masih mengenakan seragam sekolah saat ditemukan. "Itu mukena yang ditemukan adalah yang dipakai untuk sekolah," kata Khoiri, Minggu, 4 Oktober 2015.
Khoiri berujar, saat ditemukan di dalam kardus, Putri mengenakan singlet putih dan ada mukena atau hijab. "Kalung liontin imitasi itu masih melekat di lehernya," ucapnya. Yang tak ada, menurut Khoiri, hanya sepatu dan tas.
Putri diduga pulang beda arah dari arah pulang ke rumah. Mayatnya ditemukan di tempat sampah yang arahnya bertolak dari rumah. "Pulang sekolah mestinya dia lewat arah sini (rumah), tapi lokasi penemuan mayat beda arah, nyeberang jalan," ujarnya.
Khoiri menuturkan, hingga saat ini, pihaknya belum menemukan motif pembunuhan. "Motif dendam mungkin. Sampai saat ini segala kemungkinan terbuka," katanya. Ia juga mengangguk ketika ditanya kemungkinan pelakunya adalah orang dekat korban.
Putri adalah anak perempuan 9 tahun yang hilang sejak Jumat siang dan ditemukan tewas pukul 22.30 pada hari yang sama di Kampung Belakang, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
Putri dinyatakan hilang lantaran tak kunjung pulang ke rumah dari sekolahnya di Sekolah Dasar 05 pagi Kalideres. Padahal, setiap Jumat, biasanya ia pulang sekolah pukul 09.30. "Karena itu Jumat, jadi pulangnya cepat," ucap paman korban, Abdul Khair.
Abdul menuturkan orang tua Putri telah berpisah sejak lama. Saat ini korban tinggal bersama ibu dan neneknya di Rawa Lele, RT 006 RW 07. Menurut dia, Putri adalah sosok yang terbuka. "Dia orangnya selalu bilang kalau ada apa-apa," ujarnya.
DINI PRAMITA | DIKO OKTARA
Baca juga:
TNI & G30 September 1965: Inilah 5 indikasi Keterlibatan Amerika!
Omar Dani: CIA Terlibat G30S 1965 dan Soeharto yang Dipakai