TEMPO.CO , Jakarta:Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pernah mengungkapkan alasan membuka kantornya di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, tiap akhir pekan. Dia tak ingin Balai Kota menjadi lokasi yang angker bagi masyarakat.
Istilah angker mulanya merujuk pada gedung pemerintahan yang steril dan pantang dikunjungi masyarakat. Tapi belakangan Ahok, sapaan Basuki, menyebut keangkeran yang sebenarnya. "Kata staf ada noni-noni Belanda yang suka duduk berputar-putar di kursi saya," kata Ahok di Balai Kota, Ahad, 4 Oktober 2015.
Sambil berkelakar, ia mengaku tak takut dengan cerita horor yang ada di ruangannya. "Barangkali noni Belanda ingin jadi gubernur," ujarnya sambil terkekeh.
Toh, Ahok tak kehilangan akal agar kesan angker itu segera hilang tak hanya dari gedung tua seperti Balai Kota. Ia juga ingin menghapus suasana angker dan menyeramkan di gedung-gedung di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.
Ia sudah punya cara untuk mengganti suasana seram menjadi semarak. Salah satunya menyulap Balai Kota menjadi tempat pemutaran film-film karya sineas Indonesia. Kawasan Kota Tua, ujar Ahok, juga bakal menyusul sebagai lokasi pemutaran dan diskusi film Indonesia.
"Harapannya tempat tersebut akan menjadi inkubator perfilman di Indonesia," Ahok menambahkan.
RAYMUNDUS RIKANG
Baca juga:
TNI & G30 September 1965: Inilah 5 indikasi Keterlibatan Amerika!
Omar Dani: CIA Terlibat G30S 1965 dan Soeharto yang Dipakai