TEMPO.CO, Jakarta - Kota Yogyakarta mulai membenahi infrastruktur kawasan khusus yang masuk kawasan Jogja Heritage City atau Yogya Kota Pusaka. Salah satu yang diusulkan adalah pembenahan infrastruktur pejalan kaki, trotoar, agar lebih tertata dan cantik. Caranya dengan melukis batik pada trotoar.
“Opsinya ornamen trotoar diganti dengan batu candi seperti Monumen Tugu dan Titik Nol, atau beton bermotif batik,” ujar Kepala Dinas Sarana Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Toto Suroto di sela pembahasan dengan DPRD Kota Yogyakarta pada Kamis, 8 Oktober 2015.
Penataan trotoar ini sedianya dimulai di lima titik, yakni Kotabaru, Kotagede, Keraton, Pakualaman, dan Malioboro.
Kawasan Jogja Heritage City ditetapkan sejak akhir 2013 silam antara pemerintah kota dan pemerintah DIY. Tujuannya adalah menyiapkan kawasan itu menjadi representasi utama wajah kota lewat penataan artefak sejarah kebudayaan.
Untuk infrastruktur trotoar pemerintah kota sudah melakukan survei awal ke sejumlah produsen batuan bermotif di DIY demi memperkirakan kebutuhan. Menurut Toto, anggaran yang dibutuhkan untuk mewujudkan pembenahan trotoar itu akan sangat besar jika dilakukan serentak.
“Satu keping batu bermotif batik harganya setara dengan satu meter persegi trotoar beton biasa. Kalau dilaksanakan serentak bisa membebani anggaran, maka rencananya digarap per kawasan,” ujar Toto. Membuat satu meter persegi trotoar dengan beton biasa anggarannya sekitar Rp 50 ribu. Dengan batu bermotif bisa empat kalinya karena bentuk motif batuan itu satuan.
Namun, pemerintah mengaku proyek penataan trotoar itu kemungkinan baru bisa diusulkan dalam anggaran tahun 2017. Sebab, kondisi trotoar di Kota Yogyakarta saat ini tak terlalu ideal dengan mimpi penataan yang direncanakan.
Trotoar di Kota Yogyakarta berbeda kondisinya dengan trotoar seperti Kota Surabaya yang relatif lebih lebar dan mudah diganti dengan batuan bermotif seperti yang direncanakan. Di Kota Yogya, lebar trotoarnya rata-rata hanya 1,2 sampai 2,5 meter dengan total panjang sekitar 240 kilometer.
PRIBADI WICAKSONO