TEMPO.CO, Boyolali - Selain kebakaran hutan, kawasan Gunung Merbabu berpotensi mengalami bencana alam lain yang juga menyita perhatian Pemerintah Kabupaten Boyolali. Salah satunya, menurut Komandan Komando Rayon Militer Ampel Boyolali Kapten (Arm) Joko Priyanto, terjadinya longsor batu dari Bendungan Sipendok pada musim hujan.
Bendungan di lereng Gunung Merbabu sisi timur itu, kata Joko, terbentuk secara alami karena longsoran batu dan tanah dari kedua bukit yang mengapit Sungai Sipendok. Bendungan setinggi 120 meter dan lebar sekitar 25 meter itu, yang hanya dapat diakses dengan jalan kaki selama 2-3 jam dari Dukuh Guwolelo dan Dukuh Ngagrong di Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali.
Joko mengatakan Bendungan Sipendok saat ini menampung air dengan kedalaman sekitar 35 meter. “Debit airnya mungkin ratusan ribu meter kubik,” kata Joko, yang juga Kepala Posko Penanggulangan Kebakaran Gunung Merbabu, saat dihubungi, Jumat, 9 Oktober 2015. Akibat kebakaran hutan sejak 27 September lalu, menurut Joko, lahan di sekitar bendungan alami tersebut kering-kerontang.
Tanpa adanya semak-semak sebagai penahan alami, Joko mengatakan air hujan bakal langsung meluncur ke Bendungan Sipendok. Padahal, bendungan setebal 2-3 meter itu tidak terukur kekuatannya lantaran material batu dan tanahnya tersusun secara alami. “Dikhawatirkan bendungan itu ambrol karena tidak kuat menahan tambahan air dari bukit yang mengapitnya,” ujar Joko.
Dari hasil rapat dengan sejumlah pihak, meliputi Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali, Joko mengungkapkan sebagian masyarakat di Kecamatan Ampel diimbau agar waspada akan potensi banjir disertai runtuhnya batu-batu besar. Ada tiga desa di Ampel yang dilalui Sungai Sipendok, yaitu Candisari, Kembang, dan Kaligentong.
Menurut Joko, banjir disertai runtuhan batu-batu besar pernah terjadi pada 1987. ”Saat itu ada batu sebesar mobil yang menggelinding sampai di simpang tiga Jalan Raya Sruwen, Ampel,” kata Joko.
Komandan Komando Distrik Militer 0724/Boyolali Letnan Kolonel (Kav) Topri Daeng Balaw telah melaporkan potensi kerusakan Bendungan Sipendok ke Pejabat Sementara Bupati Boyolali. “Kami membentuk tim kecil yang rencananya akan berangkat ke atas (Bendungan Sipendok) pada pekan depan,” kata Topri. Anggota tim tersebut berasal dari Kodim, Kepolisian Resor, BPBD, Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Boyolali. “Kami akan mengkaji dan mencari mencari solusi guna mencegah potensi longsor tersebut,” kata Topri.
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali Purwanto, air dari Bendungan Sipendok dimanfaatkan warga dari sejumlah desa di sekitarnya. ”Di Kecamatan Ampel saja ada Desa Ngagrong, Candisari, Ngargoloko, Sampetan, dan Jlarem,” kata Purwanto.
Akibat kebakaran hutan di Gunung Merbabu, Purwanto menambahkan, jaringan pipa untuk menyalurkan air dari Bendungan Sipendok ke sejumlah desa dilaporkan rusak. Di Desa Ngagrong, dilaporkan sekitar 700 meter pipa rusak.
Sudah ada bantuan 150 batang pipa besi dari dana siap pakai Badan Nasional Penanggulangan Bencana,” kata Purwanto. Pipa besi tahan api berdiameter tiga inci itu panjangnya empat meter per batang. “Jaringan pipa air di Desa Jerukan, Kecamatan Selo, juga terbakar. Tapi kami belum menerima laporan berapa panjangnya,” kata Purwanto.
DINDA LEO LISTY