TEMPO.CO , Banjarmasin: Tahapan pembangunan jalur kereta api trans Kalimantan, ruas Banjarmasin-Palangkaraya, semakin mengerucut untuk direalisasikan.
Merujuk dokumen feasibility study yang disusun oleh PT Bina Index Consultant, jalur KA Banjarmasin-Palangkaraya sepanjang 230 kilometer, itu melintasi enam administrasi kabupaten/kota di Kalimantan Tengah dan Selatan.
Konsultan PT Bina Index, Desutama, mengatakan moda kereta api berpotensi mengangkut 4.000 orang dan 11 ribu ton barang setiap tahun di jalur itu. Menurut dia, permintaan akan angkutan kereta api cukup potensial di Kalimantan.
"Biaya naik taksi Banjarmasin-Palangkaraya sebesar Rp 850 ribu. Kalau kereta api, jelas jauh lebih murah, efisien, aman, dan cepat," kata Desutama di Banjarmasin, Kamis, 8 Oktober 2015.
Jalur kereta, dia menambahkan, rencananya ditopang oleh lima stasiun besar dan 10 stasiun kecil. Lintasan kereta api itu mengular mulai Kota Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Barito Kuala, dan Kabupaten Banjar. Di sepanjang jalur itu, investor mesti membangun tiga jembatan besar yang membelah tiga sungai utama: Barito, Kapuas, Kahayan. "Setiap jembatan besar itu minimal sepanjang tiga kilometer."
Dihitung dari Kota Palangkaraya, stasiun besar akan berdiri di Jalan RTA Milono; KM 94, Kabupaten Pulang Pisau; KM 125, Kabupaten Kapuas; KM 155, Kabupaten Barito Kuala, dan terminal KM 17 Kabupaten Banjar.
Di luar stasiun utama itu, konsultan menyarankan dibangun stasiun kecil, untuk mendukung aktivitas angkutan orang dan barang sebagai feeder.
Investasi pembangunan jalur kereta api di Kalimantan, Desutama membandingkan, jauh lebih boros ketimbang di Jawa. Desumatan mengasumsikan, butuh duit kisaran Rp 1 miliar untuk membuat jalur kereta sepanjang 1 kilometer di Jawa. Adapun di Kalimantan dengan struktur tanah gambut dan butuh treatment khusus, minimal butuh dana Rp 3-4 miliar per satu kilometer rel KA.
Kepala Dinas Perhubungan Kalimantan Selatan, Sofian A.H, mengatakan pengerjaan konstruksi dimulai pada 2018 dengan tempo penyelesaian empat tahun. Setelah feasibility study rampung, proses berikutnya menyusun detail engineering desain pada 2016 dan pembebasan lahan pada 2017.
Menurut Sofian, jalur kereta ini akan terintegrasi dengan ruas Banjarmasin-Rantau-Balikpapan, yang proses tendernya mesti ditunda.
"Kami mengerjakan konstruksi, tergantung titik mana yang lebih dulu berhasil membebaskan lahan. Kami belum tahu berapa sharing APBD di proyek ini," ujar Sofian.
DIANANTA P. SUMEDI