TEMPO.CO, Jakarta - Seluas 20 ribu hektare sawah di Sumatera Selatan tercatat mengalami gagal panen akibat kekeringan yang di terjadi di provinsi itu.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumatera Selatan Erwin Noor Wibowo mengatakan gagal panen atau puso tersebut paling banyak karena kekeringan. “Penyebab utamanya adalah kekeringan. Namun ada juga yang puso akibat hama tikus,” ucapnya, Jumat, 9 Oktober 2015.
Menurut Erwin, gagal panen pada tahun ini lebih luas dibanding tahun lalu sebagai dampak El Nino yang melewati Sumatera Selatan.
Secara wilayah, ujar dia, gagal panen terjadi di sejumlah kabupaten, seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Komering UIu, Musi Rawas, dan Banyuasin.
Adapun secara tipologi lahan, puso banyak menimpa sawah jenis pasang-surut karena sumber air bukan berasal dari irigasi. "Selain di daerah pasang-surut, puso juga terjadi di lahan lebak dangkal," ujarnya, tanpa memerinci luas lahan yang dimaksud.
Dia menuturkan tanaman padi yang mengalami puso di lebak dangkal terjadi karena terlambat tanam, yang saat pembibitannya sudah besar dan siap tanam terjadi banjir. Kemudian ketika dilakukan pembibitan lagi, musim kemarau sudah lebih dulu datang.
Sementara itu, untuk lahan lebak menengah dan dalam tanaman padinya bagus. Erwin mengatakan umur tanaman padi yang mengalami puso itu mulai 15 hari sampai dua bulan.
Meski gagal panen akibat kekeringan cukup besar, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tetap meyakini hal itu tidak akan mengganggu target produksi padi tahun ini.