Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masker Sabut Kelapa Pemblokir Asap Buatan Mahasiswa Surabaya

image-gnews
Sejumlah siswa memperhatikan guru dengan menggunakan masker untuk melindungi dari kabut asap di Palembang, Sumatra Selatan, 18 September 2015. AP/Tatan Syuflana
Sejumlah siswa memperhatikan guru dengan menggunakan masker untuk melindungi dari kabut asap di Palembang, Sumatra Selatan, 18 September 2015. AP/Tatan Syuflana
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Sekelompok mahasiswa dari Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya membuat inovasi masker dengan sabut kelapa. Prihatin dengan bencana kabut asap yang sedang membekap Sumatera dan Kalimantan, mereka menganggap sabut kelapa mengandung zat yang mampu memblok pengaruh jahat ultrafin, partikel nano yang berukuran jauh lebih kecil daripada partikel yang menjadi indikator polusi udara selama ini.

“Masker yang biasa hanya efektif untuk menyaring debu, tapi masih kurang mencegah masuknya zat berbahaya untuk tubuh dari asap kebakaran,” kata Septian Galuhwinata, dosen pembimbing tim mahasiswa itu, ketika ditemui di kampusnya, Jumat 9 Oktober 2015.

Septian menjelaskan, asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan karena sangat massif dan berlangsung cukup lama. Dia menunjuk kandungan partikel ultrafin, partikel yang berpotensi menjelma menjadi monster dari sifat biasanya yang tak direken dalam situasi lingkungan udara normal. Indikator polusi udara biasanya hanya memperhitungkan partikel PM10 dan PM2,5 yang berukuran jauh lebih besar (debu).

Begitu kecilnya ukuran partikel ultrafin ini hingga dikhawatirkan bisa mengendap dalam paru dan bahkan terserap langsung ke aliran darah. Itu sebabnya dampaknya bisa mulai dari infeksi saluran pernafasan hingga menimbulkan kematian. “Diantara anggota tim kami juga ada mahasiswa asal Kalimantan,” katanya menambahkan.

Tim itu seluruhnya beranggotakan enam mahasiswa. Mereka terdiri dari dua mahasiswa semester lima dan empat dari semester tiga. Satu diantara mereka adalah Khoiratul Ummah yang menyatakan bahwa riset untuk inovasi masker dari sabut kelapa itu hanya butuh satu hari.

“Total dua hari. Satu hari untuk riset, satu hari untuk cari bahan dan produksi,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain proses pembuatan yang mudah, Khoiratul mengatakan, bahan yang dibutuhkan juga mudah didapat. Dia menyebut masker, tissue, dan sabut kelapa. “Biasanya sabut kelapa ini dibuang, jadi bisa beli murah, malah kadang bisa ambil saja,” ujar Khoiratul.

Sabut yang sudah dijemur selama dua hari itu dimasukkan kedalam masker, serta dilapisi dengan tissue. Tim mengincar kandungan selulosa dalam sabut kelapa itu yang dianggap mampu menetralisir zat ultrafin.

Inovasi masker dengan sabut kelapa itu diharap dapat membantu warga di Sumatera dan Kalimantan yang sedang dibekap kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang tak kunjung padam. Masker sabut kelapa diharap bisa mengurangi risiko infeksi saluran pernafasan, “Kalau ada kesempatan, semoga bisa dibuat secara massal,” kata Khoiratul.

KURNIAWAN ARIEF

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

9 hari lalu

Petugas melakukan pemantauan hilal atau rukyatulhilal di Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, Selasa, 9 April 2024. Kementerian Agama menurunkan tim ke 120 lokasi di seluruh Indonesia untuk memantau hilal yang hasilnya akan dibahas dalam sidang isbat guna menentukan 1 Syawal 1445 H. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Akibat Awan Tebal, Hilal di Surabaya Tak Tampak

Para peneliti dari Universitas Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tak melihat hilal akibat tertutup awan.


Ini Capaian Eri Cahyadi-Armuji Tiga Tahun Memimpin

29 hari lalu

Ini Capaian Eri Cahyadi-Armuji Tiga Tahun Memimpin

Berbagai terobosan dan inovasinya dapat dirasakan langsung oleh warganya.


Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

8 Februari 2024

Gerbang Pecinan Kya-Kya di Surabaya (Sumber: shutterstock)
Rekomendasi Destinasi Wisata Kawasan Pecinan di Surabaya Saat Libur Tahun Baru Imlek

Libur tahun baru imlek, kunjungan wisata ke kampung pecinan menjadi pilihan. Berikut rekomendasi destinasi wisata pecinan yang unik di Kota Surabaya


Pemuda Muhammadiyah: Rompi Biru Wali Kota Surabaya Tidak Bernuansa Politik

6 Februari 2024

Pemuda Muhammadiyah: Rompi Biru Wali Kota Surabaya Tidak Bernuansa Politik

Eri Cahyadi dinilai sejalan dengan semangat Pemuda Muhammdiyah menjadikan Surabaya yang maju dan religius.


Perayaan Natal di Taman Surya, Balai Kota Surabaya

12 Januari 2024

Perayaan Natal di Taman Surya, Balai Kota Surabaya

Puluhan ribu umat Kristiani memeriahkan malam Natal di Taman Surya


Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Seorang wanita berenang di kolam renang rooftop di depan Menara Petronas yang diselimuti kabut asap di Kuala Lumpur, Malaysia, 13 September 2015. Kabut asap tersebut berasal dari hasil pembakaran lahan di pulau Sumatera dan Kalimantan.  REUTERS/Olivia Harris
Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.


Ada Beasiswa Gandeng Kampus Top Jatim, Mengapa Banyak yang Tak Memanfaatkan?

6 November 2023

Ilustrasi beasiswa. shutterstock.com
Ada Beasiswa Gandeng Kampus Top Jatim, Mengapa Banyak yang Tak Memanfaatkan?

Pimpinan DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat menjalankan program unggulan Beasiswa Pemuda Tangguh untuk jenjang SMA.


Piala Dunia U-17 2023: Penguat Sinyal di Stadion Gelora Bung Tomo Mulai Dipasang

25 Oktober 2023

Pekerja melakukan perawatan rumput lapangan Stadion Gelora Bung Tomo di Surabaya, Jawa Timur, Senin 13 Maret 2023. Perbaikan sejumlah fasilitas agar sesuai standar FIFA di stadion itu dalam rangka persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di stadion itu pada Mei mendatang. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Piala Dunia U-17 2023: Penguat Sinyal di Stadion Gelora Bung Tomo Mulai Dipasang

Pemerintah Kota Surabaya dan provider memasang penguat sinyal di Stadion Gelora Bung Tomo menjelang Piala Dunia U-17 2023.


Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

9 Oktober 2023

Massa membawa poster saat melakukan aksi demonstrasi protes perubahan iklim ketika kabut asap menutupi kota akibat kebakaran hutan di Palangka Raya, provinsi Kalimantan Tengah, 20 September 2019 REUTERS/Willy Kurniawan
Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.


Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

7 Oktober 2023

Petugas Manggala Agni Daops Banyuasin memberikan kode saat berupaya memadamkan kebakaran lahan di Desa Muara dua, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Kamis, 21 September 2023. Berdasarkan data dari Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera sepanjang Januari hingga Agustus 2023 luas kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan mencapai 4.082,8 hektare yang terbagi menjadi 2,947,8 lahan mineral dan 1.135,0 lahan gambut. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.