TEMPO.CO, Jambi - Kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya akibat kebakaran hutan dan lahan menyebabkan Bandara Jambi tidak bisa beroperasi sejak dua bulan ini. "Sejak mulai awal Agustus," kata Kepala Unit Pelayanan Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi, Parolan Simanjuntak, kepada Tempo, Sabtu, 10 Oktober 2015.
Menurut Parolan, kondisi ini tentu sangat merugikan. Dalam kondisi normal, Bandara STS Jambi bisa melayani hingga 18 kali penerbangan Jambi - Jakarta setiap hari. Bandara ini juga melayani penerbangan pesawat perintis Jambi - Batam, Kerinci dan beberapa daerah lainnya.
Sudah dua bulan ini kondisi Bandara Jambi sepi. "Lihat saja sendiri kios-kios yang ada sebanyak 40 unit yang biasanya menjual segala bentuk makanan dan minuman serta barang lainnya sebagian sudah tutup," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Tempo di Bandara STS memang tampak lengang dan hanya beberapa kios para pedagang makanan dan oleh-oleh yang buka. Salah seorang pengelolah restoran yang ada di Bandara Jambi, Zulkomar Lubis, mengakui, jika pada hari normal omset penjualan bisa mencapai Rp 4 juta-Rp 6 juta. "Tapi sekarang untuk mendapat uang Rp 1 juta saja sulit," katanya.
Kini pelanggan restoran yang bisa dia harapkan hanya para petugas bandara dan personil kepolisian dan TNI yang sejak beberapa pekan terkahir sering ke bandara menunggu kedatangan Presiden Joko Widodo yang sudah tiga kali gagal datang ke Jambi.
SYAIPUL BAKHORI
Video Terkait: