TEMPO.CO, Moskow - Presiden Suriah Bashar al-Assad terbang ke Moskow, Selasa dinihari, 20 Oktober 2015 waktu setempat, secara diam-diam untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam pertemuan tersebut, kata juru bicara Kremlin, Dmitry S. Peskov, kedua pemimpin bangsa ini membicarakan kerja sama militer dan transisi politik di Suriah.
"Keduanya membicarakan perang melawan teroris, kelompok ekstremis, dan kelanjutan operasi militer Rusia guna mendukung serangan militer Suriah," kata Peskov kepada wartawan, Rabu, 21 Oktober 2015.
Peskov melanjutkan, Presiden Assad menyampaikan kepada Presiden Putin mengenai situasi di wilayah Suriah dan rencana transisi politik di masa mendatang.
Menurut sejumlah laporan media Rusia, Presiden Putin menjelaskan kepada tamunya bahwa Rusia siap berkontribusi perang melawan terorisme dan menyelesaikan secara politik konflik yang telah berlangsung selama empat tahun.
Pertemuan Putin dengan Assad ini untuk pertama kalinya berlangsung sejak pasukan Rusia menggelar gempuran udara di Suriah tiga pekan lalu. Meskipun serangan udara
Rusia dinyatakan untuk menyasar kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tembakan jet tempur Rusia juga menghantam basis kelompok oposisi utama Suriah.
Untuk menghadapi kelompok penentang, Assad mendapatkan sokongan 50 pesawat tempur Rusia, termasuk pasukan paramiliter Iran dan kelompok bersenjata Hizbullah Libanon. Dukungan militer ini untuk melakukan serangan darat di dalam dan sekitar kota-kota penting, termasuk Aleppo.
Para pengamat mengatakan mereka yakin Rusia berharap tetap menopang kekuatan Assad terhadap posisi-posisi kunci Suriah dan menekan benteng pertahanan ISIS di barat. Rusia dan Suriah menuding organisasi oposisi, termasuk ISIS dan pemberontak dukungan Barat, sebagai kelompok teroris Islam.
NYTIMES | CHOIRUL AMINUDDIN