TEMPO.CO, Jakarta - Survei sentimen properti yang dilakukan Rumah123.com menunjukkan minat pasar properti terhadap kota-kota besar seperti Bandung, Medan, Yogyakarta, dan Palembang cukup besar. Minat besar itu karena kota-kota tersebut dianggap sudah memiliki infrastruktur dan tata kota yang cukup baik.
Menariknya, Bandung menjadi tujuan utama pembelian rumah di luar Jabodetabek (Pulau Jawa), sedangkan Medan menjadi yang terbanyak dipilih untuk wilayah Sumatera.
“Agar lebih obyektif, kami coba keluarkan warga asli Bandung dan Medan dari kriteria responden, dan hasilnya tetap sama. Bandung dan Medan tetap jadi terfavorit,” kata Country Manager Rumah123.com Ignatius Untung saat memaparkan hasil survei pergerakan industri properti semester dua tahun 2015 di Jakarta, Selasa, 3 November 2015.
Data menunjukkan 36 persen dari responden wilayah Jawa yang bukan berasal dari Bandung memilih Bandung untuk menjadi kota lokasi hunian mereka. Yogyakarta menjadi favorit kedua dengan 22 persen diikuti Surabaya, Denpasar, dan Semarang. Untuk responden asal Bandung, mayoritas memilih tinggal di Bandung dengan angka mencapai 62 persen, diikuti 18 persen yang lebih ingin tinggal di Yogyakarta, dan 10 persen di Denpasar.
Di wilayah Sumatera, 34 persen responden yang bukan warga asli Medan memilih Medan sebagai destinasi utama pembelian hunian, diikuti 24 persen yang memilih Palembang dan selebihnya di Lampung, Pekanbaru, dan Padang. Responden asli Medan dominan dengan angka 92 persen memilih Medan, diikuti 6 persen yang memilih Pekanbaru dan 2 persen Lampung.
Survei rutin Rumah123.com tersebut dilakukan serentak secara online di empat negara sejak 15 Juli hingga 15 Agustus 2015 dengan total 14.795 responden. Dari jumlah tersebut, 2.530 responden berada di Indonesia, 6.500 di Malaysia, 2.957 di Hong Kong, dan 2.808 di Singapura.”
Untung menyampaikan bahwa jika dilihat dari sisi pergerakan residensial properti secara keseluruhan, perlambatan memang terjadi pada bisnis properti primer Indonesia yang menyajikan segmen rumah dengan harga di atas Rp 300 juta. “Krisis ekonomi tak mempengaruhi segmen secondary yang menjual rumah di bawah Rp 300 juta. Daya belinya malah meningkat,” ujar Untung.
YOHANES PASKALIS