TEMPO.CO, Jakarta - Antrean panjang truk sampah terjadi setiap malam di jalur menuju lokasi tempat pembuangan sampah terpadu Bantargebang. "Antrean mengular hingga 8 kilometer," kata warga di Kecamatan Bantargebang, Irwan Ardiyanto, Kamis, 5 November 2015.
Menurut dia, antrean terjadi mulai pukul 21.00 dan berakhir sekitar pukul 05.00 WIB. Antrean, kata dia, dimulai dari titik timbangan di lokasi TPST Bantargebang hingga di simpang Cipendawa, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi. "Puncaknya pada tengah malam hingga pukul 02.00," ujarnya.
Dampak antrean lama di jalan, kata dia, banyak air licit dari truk sampah berjatuhan. Akibatnya, bau menyengat semakin terasa di sepanjang jalur tersebut. Padahal, sebelumnya, air licit yang jatuh hanya sedikit karena truk sampah cepat melintas. "Kalau truk berhenti, otomatis air licit makin banyak jatuh di jalan," kata pekerja swasta ini.
Juru bicara Kepolisian Sektor Bantargebang, Inspektur Dua Wasidi, membenarkan hal itu. Antrean tersebut merupakan imbas pembatasan jam operasional truk sampah milik DKI Jakarta yang melintas di jalur Transyogi pada siang hari. "Sekarang truk sampah masuk ke TPST Bantargebang hanya malam hari," katanya.
Sebelumnya, kata dia, siang hari atau mulai pukul 05.00-21.00, truk sampah milik DKI Jakarta melintas di jalur Trasyogi, sedangkan pada pukul 21.00-05.00 melintas di Jalur Ahmad Yani, Kota Bekasi, atau keluar dari tol Bekasi Barat. "Karena hanya malam hari, banyak yang melintas keluar tol Bekasi Barat," ucapnya.
Menurut Wasidi, antrean panjang hingga keluar dari Jalan Siliwangi tak mengganggu arus lalu lintas. Sebab, pada malam hari arus jalur tersebut cukup sepi. Berbeda dengan siang hari, banyak kendaraan pribadi ataupun kendaraan industri yang melintas. "Malam hari tidak ada aktivitas warga ataupun perusahaan," tuturnya.
ADI WARSONO