TEMPO.CO, Jakarta - Mungkin kamu sudah pernah mendengar kata Bitcoin, namun apa sih arti Bitcoin itu? Apa bedanya Bitcoin dengan mata uang biasa yang biasa kita pakai? Pertanyaan tersebut akan dijawab oleh Antony Lewis, Chief Executive Officer (CEO) Open Trade Docs.
Dalam diskusi soal teknologi finansial alias financial technology (Fintech) di Tech in Asia Jakarta 2015, Kamis pekan lalu, Lewis menyatakan bahwa Bitcoin adalah sebuah sistem pembayaran melalui internet. “Yang pasti, ini lebih praktis dibanding mata uang biasa,” kata pria yang sudah 10 tahun berkecimpung di bisnis Fintech ini.
Lewis menyatakan, untuk memiliki Bitcoin, seseorang tinggal mengunduk programnya, lalu membuat wallet (dompet). “Seperti membuat rekening, tapi proses regristrasinya tidak serumit di bank,” ujarnya.
BACA: Beli Bitcoin, Masyarakat Diminta Berhati-hati
Bitcoin juga dapat digunakan sebagai alternatif kartu kredit untuk membeli barang secara online. Selain itu, Bitcoin juga dapat diterima di seluruh dunia. Lewis mencontohkan saat ia pernah menginap di sebuah hotel di India.
Saat hendak melakukan transfer menggunakan rekening banknya, ia diminta untuk mengisi data diri, termasuk nama lengkap, nama orang tua, alamat rumah dan lain-lain. Khawatir datanya di curi, ia akhirnya memilih menggunakan Bitcoin.
Selain membantu kecepatan transaksi, Lewis juga mengklaim Bitcoin menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi, khususnya di negara-negara yang memiliki infrastruktur finansial kurang stabil.
Pada mata uang tradisional, ada saat-saat ketika sistem yang dimiliki bank down sehingga kita tidak dapat bertransaksi, misalnya karena kesalahan teknis atau karena regulasi pemerintah sehingga bank tidak dapat beroperasi maksimal. “Seperti di Yunani kemarin,” beberapa waktu lalu,” katanya.
BACA: BI Minta Publik Mewaspadai Transaksi Bitcoin
Tidak demikian dengan Bitcoin. Karena sifatnya yang peer-to-peer, sistem Bitcoin tidak memiliki single point of failure, baik secara teknis maupun sistem. Ini membuat kita tak khawatir tidak dapat mengakses “dompet” dan uang kita.
Kelebihan lainnya adalah biaya transaksi yang cenderung murah, khususnya untuk transfer antarnegara. “Posisi Bitcoin ada di antara layanan yang cepat tetapi mahal seperti transfer bank, dan layanan yang murah tetapi lambat seperti Western Union,” kata Lewis.
Lalu apakah Bitcoin dapat digunakan sebagai instrument investasi? Bisa saja, tapi resikonya tinggi. Sebab, nilai Bitcoin dapat berubah dengan cepat. Bitcoin pernah mencapai harga hingga $1.200 (sekitar Rp16 juta), namun sekarang hanya ada di angka $300 (sekitar Rp4 juta). “Tapi pilihan kembali pada pengguna,” kata Lewis.
BACA: Indomaret: Tak Ada Program Penjualan Bitcoin
PINGIT ARIA