TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla ingin tingkat suku bunga perbankan dapat turun karena dinilai terlalu tinggi. Otoritas Jasa Keuangan pun meresponsnya dengan menyatakan penurunan suku bunga bank bergantung pada suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). "BI dong, bukan saya. Bunga deposito tinggal nurutin saja," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Darmansyah Hadad saat ditemui pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Selasa, 24 November 2015.
Menurut Muliaman, selain suku bunga, yang perlu diperhatikan adalah upaya mendorong efisiensi, baik di sektor makro maupun mikro. "Industri keuangan didorong terus, efisiensi," ucapnya.
Muliaman berujar, OJK mengupayakan terciptanya keuangan inklusif. "Kita senang bunga turun, tapi aksesnya susah. Kalau bunga murah tapi aksesnya susah, juga enggak bagus."
OJK, tutur dia, akan lebih berfokus pada kemudahan akses jasa keuangan di seluruh Indonesia. Baik bank sentral maupun OJK memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan tujuan tersebut.
"Peran OJK adalah mendorong efisiensi, karena kan lebih mikro. BI yang soal tingkat bunga," katanya. Muliaman menjelaskan, OJK akan melakukan upaya efisiensi agar tingkat bunga bisa murah dengan cara membangun bisnis model yang lebih kondusif.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo berujar, bank sentral belum dapat mengambil keputusan terkait dengan BI Rate yang saat ini berada di level 7,5 persen. "Kita lihat data dalam rapat Dewan Gubernur bulanan dulu, baru bisa diputuskan. Istilahnya, data dependen," ucapnya pada kesempatan yang sama.
Menurut Agus, jika inflasi sudah rendah dan kondisi eksternal sudah lebih stabil, tingkat bunga bisa menjadi lebih rendah. Terlebih saat ini BI masih harus berhati-hati dalam memutuskan setiap kebijakan moneternya, termasuk BI Rate, karena kondisi eksternal atau dunia yang masih tidak stabil. "Kalau tidak berhati-hati dalam mengelola moneter, nilai tukar bisa jatuh, likuiditas juga nanti terpengaruh," tutur Agus.
GHOIDA RAHMAH