TEMPO.CO, Inggris - Selama ini, peristiwa alam dan perubahan ekologi dianggap menjadi alasan utama mengapa populasi manusia menyebar. Namun sebuah studi arkeologi berhasil menemukan alasan lain tentang migrasi manusia.
"Pengkhianatan adalah mata rantai yang hilang untuk memahami penyebaran spesies manusia," kata Penny Spikins dari Departemen Arkeologi University of York, seperti dilansir dari Phys. Inilah yang menyebabkan perubahan signifikan pola persebaran sekitar 100 ribu tahun lalu.
Baca Juga:
Sebelumnya, populasi manusia cenderung berpindah karena faktor alam. Polanya pun cenderung lambat dengan lingkup kecil. Namun, 100 ribu tahun lalu, pola ini berubah menjadi cepat dan merambah hingga daerah yang jauh.
Perkembangan hubungan emosional manusia membuat struktur hubungan dalam suatu kelompok menjadi rumit. Komitmen menjadi hal yang penting untuk bertahan hidup, dan anggota kelompok pun tak segan untuk mencari dan menghukum mereka yang ketahuan berkhianat.
"Dari sinilah rivalitas muncul, sisi gelap manusia berkembang. Jarak antarkubu yang berseberangan pun muncul," ujar Spikins. Perkelahian fisik, yang kadang melibatkan senjata seperti tombak beracun, pun muncul sehingga pihak yang merasa terancam pergi ke area lain untuk menyelamatkan diri.
Pencarian area aman ini juga yang membuat nenek moyang kita merambah daerah berisiko, seperti hutan dan gurun pasir. Tak jarang ada yang nekat menyeberangi samudra untuk mencapai Australia atau kepulauan Pasifik.
Spikins mengatakan penyebaran populasi dipandang sebagai suatu kesuksesan umat manusia. Namun, tak dapat dipungkiri, fenomena ini juga merefleksikan sisi gelap emosi manusia.
YORKSHIRE POST | PHYS | URSULA FLORENE