TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal menggelar Indonesia-Cina Business Forum di Shanghai, Cina besok. Dalam kegiatan tersebut, BKPM menargetkan bisa menggaet 100 calon investor potensial dapat hadir dan mendapatkan informasi mengenai potensi investasi di Indonesia. “Dalam tiga triwulan pertama tahun ini, kami mencatat peningkatan komitmen investasi dari Tiongkok sebesar 46 persen, yaitu senilai US$ 13,9 miliar yang sudah mendapatkan izin prinsip di Indonesia,” ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani dalam rilisnya kepada Tempo, Kamis, 26 November 2015.
Selain memberikan paparan dihadapan 100 calon investor potensi di Cina, Kepala BKPM juga diagendakan melakukan one on one meeting dengan beberapa perusahaan yang telah menyatakan minatnya untuk menanamkan modal di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor kawasan pariwisata, kawasan industri, industri pengolahan nikel dan pembangkit listrik. “Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah satu negara prioritas yang ditargetkan dapat merealisasikan investasinya di Indonesia,” ujar Franky.
Menurut Franky, potensi kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Cina sangat besar. Franky menyampaikan bahwa banyak hal yang bisa dikerjakan bersama Cina, baik sebagai pemerintah maupun sebagai pelaku bisnis, untuk memajukan kesejahteraan kedua negara. “Dalam satu tahun terakhir, saya mencatat setidaknya sudah empat kali pemimpin kedua negara bertemu, termasuk pertemuan di Tiongkok dan di Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Konsulat Jenderal RI Shanghai Kenssy Dwi Ekaningsih. Selain menghadirkan Kepala BKPM, turut hadir sebagai narasumber Presiden Direktur UOB Bank Indonesia, Direktur Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, dan juga Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten.
Menurut Franky, walaupun memiliki pertumbuhan yang menggembirakan, kerja sama investasi antara Tiongkok dan Indonesia masih jauh dari total potensi yang dimiliki kedua negara. “Kami mendorong pertumbuhan realisasi investasi yang lebih tinggi dan mengundang lebih banyak lagi perusahaan Tiongkok di sektor-sektor strategis untuk hadir di Indonesia,” ujar Franky.
ARIEF HIDAYAT