TEMPO.CO, Malang - Dewan Kesenian Jawa Timur meluncurkan buku Komik Indonesia Masih Ada, Teguh Santosa (1942-2000) untuk mengenang tokoh komikus Indonesia, Teguh Santosa. Peluncuran buku diselenggarakan secara sederhana di Semeru Art Gallery, Malang, Sabtu malam, 28 November 2015.
Buku setebal 144 halaman itu berisi kumpulan tulisan profil yang disumbangkan Dhany Valiandra, Iwan Gunawan, Toni Masdiono, Syarifuddin, Bagus Ary Wicaksono, dan Abdul Malik. Buku dicetak sebanyak 200 eksemplar dan sebagian di antaranya disumbangkan ke perpustakaan di tujuh negara bagian di Amerika dan Australia.
Dhany adalah putra kedua Teguh Santosa dan dia menulis “Serpihan Kenangan Menemani Bapak sebagai Seorang Komikus”. Dalam tulisan itu dia menceritakan saat Teguh menyelesaikan komik Naga Sasra Sabuk Inten untuk koran Suara Merdeka dalam kondisi sakit. "Tangannya melemah, jarinya bergetar," kata Dhany.
Dia juga mengisahkan, komik bagi sang ayah adalah panggilan jiwa yang digeluti sampai akhir hayat. Termasuk membuat komik pewayangan seri Mahabharata yang dikerjakan dengan penuh dedikasi. "Seri Mahabharata juga menjadi perjalanan spiritual," ujar Dhany.
Bersamaan dengan peluncuran buku profil Teguh, komik Mahabharata dan Bharatayudha terbitan Pluz Jakarta juga diluncurkan. Proses remastering kedua komik, kata Dhany, tidak mudah lantaran dua komik itu ditemukan dalam kondisi rusak. "Kertas berwarna kuning, sebagian hancur," tuturnya.
Baca Juga:
Teguh Santosa, kelahiran Gondanglegi, Kabupaten Malang, pada 1942, menjadi guru sekaligus inspirator bagi komikus Toni Masdiono. Toni mengaku secara langsung sering belajar dan berdiskusi serta membahas proses pembuatan komik. "Pesan Pak Teguh, menjadi diri sendiri, boleh meniru tapi harus punya karakter sendiri," ucapnya.
Adapun Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur Taufik Hidayat menjelaskan bahwa pihaknya bangga atas komik Teguh sebagai gerakan perlawanan terhadap dominasi komik asing. Di dalam komiknya, dekorasi kostum berkiblat ke kostum ketoprak. "Karyanya mengentak, ada alunan musik dalam setiap goresan tintanya," ujar Taufik.
EKO WIDIANTO