INFO BISNIS - Dibanding negara-negara ASEAN lain, biaya logistik di Indonesia terhitung tinggi. Akibatnya, produk-produk manufaktur Indonesia menjadi tidak kompetitif dan kalah bersaing dengan negara lain.
Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC, R.J. Lino, saat bicara dalam forum Tempo Economic Briefing di Jakarta, Selasa, 17 November 2015 mengatakan ada dua permasalahan besar yang harus diperbaiki untuk memangkas tingginya biaya logistik di Indonesia. Dua permasalahan tersebut yakni persediaan barang atau inventori dan transportasi.
Baca Juga:
Tercatat, pada 2011, biaya logistik yang berasal dari inventori mencapai 8,7 persen atau US$ 100 miliar. Sementara dari sisi transportasi biaya logistik mencapai sekitar 8,2 persen karena sekitar 90 persen angkutan barang menempuh jalur darat.
Lino membandingkan dengan sistem transportasi di Jepang dan Norwegia di mana hampir 50 persen barang didistribusikan menggunakan angkutan laut. “Transportasi laut dipilih karena paling murah. Indonesia adalah negara kepulauan, tapi mengapa 96 persen angkutan logistik menempuh jalur darat?,”katanya.
Karena itu, Lino yakin pembangunan tol laut yang digagas pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dapat menekan biaya logistik kapal hingga 46 persen.
Baca Juga:
Lino mengatakan pembangunan tol laut yang dimaksudnya tidak berarti melakukan pembangunan proyek-proyek infrastruktur baru. Akan tetapi, meningkatkan produktivitas pelabuhan dan efisiensi.
“Prinsip efisiensi dalam kegiatan logistik yang dapat diandalkan adalah kunci bagi Indonesia untuk mengintegrasikan rantai pasok dalam negeri dengan rantai pasok global. Ini tantangan kita bersama,” ujarnya.
IPC telah berusaha keras menurunkan biaya logistik dengan meningkatkan produktivitas pelabuhan termasuk untuk mengurangi trafik di jalan tol dan membuat proses pengiriman barang menjadi lebih efisien.
Jika pada tahun 2009 kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok hanya mencapai 3,6 juta TEUs per tahun, saat ini telah mencapai 10 juta TEUs. Kapasitas kontainer di Pelabuhan New Priok yang sedang dibangun direncanakan lebih dari 12,5 juta TEUs atau naik dua kali lipat dari yang ada saat ini. “Pada 2025, diproyeksikan volume kontainer melalui Pelabuhan Tanjung Priok diperkirakan menjadi 30 juta TEUs,” kata Lino.
IPC juga melakukan penambahan car terminal dari 250 ribu menjadi 750 ribu per tahun. Tidak hanya itu, perusahaan juga sedang mengusahakan penggunaan kanal (inland water way) yang menghubungkan TanjungPriok-Cikarang, yang sanggup dilewati kapal tongkang berkapasitas hingga160 TEUs. Jika sukses, pembangunan kanal akan diperpanjang hingga ke Cikampek. “Nantinya diperlukan dry port untuk pengurusan dokumen,” ujarnya.
INFORIAL