TEMPO.CO, Paris - Presiden Joko Widodo tiba di Paris, Prancis, pada Ahad, 29 November 2015, pukul 23.46 waktu setempat atau 05.46 waktu Indonesia, setelah terbang lebih dari 12 jam dengan pesawat kepresidenan Indonesia 1. Didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo sempat transit di Abu Dhabi selama dua jam.
Begitu pesawat kepresidenan mendarat di Bandar Udara Internasional Le Bourquet, Paris, Presiden Jokowi disambut Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Hotmangaraja Panjaitan. Udara dingin mulai menusuk Paris, ibu kota Prancis. Suhu pada Ahad malam mencapai 3 derajat Celsius.
Sesampai di Hotel Westin, sudah menunggu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Keduanya berangkat lebih dulu untuk menyiapkan pertemuan para pihak (Conference of Parties) atau COP Ke-21 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).
Dalam forum ini, Senin, 30 November 2015, Presiden Jokowi dijadwalkan berpidato selama lima menit. Setidaknya konferensi ini akan dihadiri 147 kepala negara dan pemimpin dunia yang akan menyampaikan pandangan mereka soal perubahan iklim.
Menteri Sofyan Djalil dalam penjelasannya mengatakan salah satu agenda Indonesia dalam KTT Perubahan Iklim (21st Conference of the Parties/COP21) di Paris adalah upaya-upaya mencegah kebakaran hutan dan rehabilitasi lahan gambut untuk mengantisipasi percepatan perubahan iklim. "Yang utama adalah pencegahan serius supaya tidak terjadi kebakaran hutan lagi, apalagi disebabkan ulah manusia. Jika dari faktor alam memang kerap sulit diduga. Namun perlu ditekankan kesiapsiagaan," kata Sofyan Djalil.
Baca Juga:
Sofyan menjamin pemerintah serius mencegah terulangnya kebakaran hutan dan gambut yang masif terjadi sepanjang 2015, selain akan mempercepat upaya rehabilitasi lahan gambut akibat kebakaran. "Dan tidak akan diberikan konsesi baru untuk pembukaan lahan gambut," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Indonesia juga akan menyampaikan proses mencapai target penurunan emisi karbon 29 persen pada 2030. Indonesia sudah menyiapkan dokumen Intended Nationality Determined Contribution (INDC) tentang upaya dan proses untuk mencapai targetnya dalam penurunan emisi karbon yang naik 3 persen dari target 2020.
Sofyan mengatakan penurunan emisi karbon untuk selanjutnya akan difokuskan pada sektor energi, transportasi, pengelolaan sampah, pangan, dan beberapa sektor lain.
AGUSTINA WIDIARSI (PARIS)