TEMPO.CO, Tasikmalaya - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat bekerja sama dengan Saung Angklung Udjo terus berupaya melestarikan alat musik angklung. Salah satu upaya mempertahankan angklung adalah menjaga ketersediaan bambu sebagai bahan baku utama pembuat angklung.
"Tidak bisa mempertahankan angklung tok, tapi harus menarik dari hulunya," ucap Ketua Pelaksana Pasanggiri Angklung Jawa Barat Dudi Darma Bakti saat ditemui di sela pasanggiri angklung di Pendapa Baru Kabupaten Tasikmalaya, Senin, 30 November 2015.
Dudi, yang juga aktif di Saung Angklung Udjo, mengatakan pelestarian angklung tidak bisa lepas dari ketersediaan bambu. Musababnya, bambu sebagai bahan baku angklung tidak bisa diganti dengan besi atau paralon.
Saung Angklung Udjo, ujar Dudi, sudah mulai menanam bambu di sebelas kota/kabupaten untuk ketersediaan bahan baku angklung. Di tiap daerah, ada beberapa titik yang ditanami bambu. "Satu titik butuh 10 hektare," tuturnya.
Disinggung soal upaya pemerintah dalam melestarikan angklung, Dudi mengatakan harus ada iktikad kuat dari kepala daerah. Selain itu, semua satuan kerja perangkat daerah harus duduk bersama dalam hal ini.
"Dinas Kehutanan mengurus hulunya, Dinas Perindustrian urus bagaimana pelatihan dan bantuan alat, serta Disparbud untuk mempromosikan angklung," ucap Dudi.
Saat ini angklung sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Menurut Dudi, angklung diakui dunia karena memiliki karakter tersendiri. Bahasa musik angklung mudah dipahami dan angklung dapat membangun kolektivitas.
"Dengan kolektivitas, karakter bangsa dapat dibangun. Di dalam angklung, ada kebersamaan, gotong-royong. Yang jelas, angklung mudah dimainkan, menarik massa, dan murah," ujarnya.
Dudi menuturkan musik angklung dimiliki tiap daerah di Jawa Barat. Di antaranya Bogor, Rancakalong, Tasikmalaya, dan Garut. "Ada per wilayah, tidak tiap kota/kabupaten," katanya.
Jenis angklung di tiap daerah berbeda. Ada angklung sered di Tasikmalaya, angklung bungko di Indramayu, dan angklung badud di Sumedang. "Beda namanya. Kalau bentuk, hanya beda sedikit. Ada yang dua dan tiga tabung," ucapnya.
Salah seorang perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Wahyu, menyatakan 17 kota/kabupaten mengikuti Pasanggiri Angklung Jawa Barat. Final pasanggiri ini akan digelar di Kabupaten Subang pada 10 Desember 2015. "Pasanggiri ini merupakan yang ketiga kalinya sejak 2013," ujarnya.
Dinas Pariwisata, tutur Wahyu, terus memperkenalkan angklung di tingkat regional dan dunia seiring ditetapkannya angklung sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
CANDRA NUGRAHA