TEMPO.CO, Dhaka - Ribuan anak-anak Bangladesh bekerja di industri tekstil secara tidak manusiawi. Foto-foto terbaru seputar anak-anak yang bekerja di industri tekstil di Bangladesh menunjukkan realitas suram ribuan anak yang dipaksa bekerja berjam-jam menjahit label pada produk pakaian dan sederet pekerjaan lain.
Pabrik-pabrik tekstil tempat anak-anak itu bekerja membuat pakaian untuk pasar lokal dan India. Pabrik-pabrik itu juga menyediakan produk pakaian dengan merek-merek internasional terkenal. Namun pabrik-pabrik itu beroperasi sebagai pabrik subkontrak. Alhasil, sulit untuk melacak dari mana semua pakaian itu berasal.
Fotografer Claudio Montesano Casillas mengungkap realitas mengejutkan tentang anak-anak di pabrik-pabrik garmen tanpa pengawasan aparat keamanan Bangladesh. Anak-anak tampak kelelahan bekerja.
Casillas tak sengaja mengunjungi pabrik yang mengeksploitasi anak-anak. Saat itu ia melakukan tur 'Old Dhaka' sebelum kemudian terpana dan tertarik dengan kondisi tempat itu.
Pabrik subkontrak atau informal itu terdiri atas sebuah ruangan dengan 15 mesin jahit, tanpa pintu keluar darurat dan alat pemadam kebakaran. Anak-anak yang tidak sekolah bertugas dengan sejumlah besar pekerjaan mulai dari bordir, menempel hiasan dan logo pada kain, hingga membersihkan mesin.
"Di dalam pabrik garmen ini pekerja bekerja selama enam hari dan setengah hari pada hari Minggu. Pada hari Minggu mereka bekerja dari fajar sampai senja untuk upah minimum. Para pekerja tidur di dalam pabrik atau menyewa ruangan di sebelah pabrik," kata Casillas seperti dilansir dari laman Daily Mail, 30 November.
"Mereka datang dari desa ke kota mencari pekerjaan dan memimpikan kehidupan yang lebih baik," Casillas menambahkan.
Industri garmen Bangladesh adalah pengekspor terbesar kedua produk bahan tekstil setelah Cina dengan catatan keselamatan pekerja yang buruk. Menurut catatan Daily Mail, lebih dari 1.100 orang meninggal karena kebakaran di pabrik garmen di luar Dhaka pada tahun 2013. Peristiwa ini merupakan kecelakaan industri terburuk di Bangladesh.
Menurut UNICEF, sekitar satu juta anak-anak usia 10 sampai 14 tahun bekerja sebagai pekerja anak di Bangladesh. Anak-anak dan karyawan dewasa mendapatkan upah kurang dari 800 taka Bangladesh per bulan atau sekitar Rp 125 ribu per bulan. Mereka yang beruntung bisa mendapatkan 1.950 taka (lebih dari Rp 300 ribu).
DAILY MAIL | MECHOS DE LAROCHA