TEMPO.CO, Jakarta - Frank Feulner, seorang pria berkebangsaan Jerman, tiba di gerai kopi Starbucks di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, kemarin, pukul 10.02 pagi. Cuaca Ibu Kota pagi itu cukup hangat. Menurut accuweather.com, suhu Jakarta mencapai 31 derajat Celsius, berawan, dengan kelembaban 70 persen. Hari itu, ia bertemu dengan Johan Kieft, koleganya asal Belanda yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang datang 13 menit kemudian. Keduanya berbicara soal liburan akhir tahun mereka.
Di sela pembicaraan itu, Frank melihat pemandangan yang tak biasa di kedai kopi asal Amerika Serikat ini. Ada tujuh orang yang tampak hanya berdiri di dekat meja tinggi, tak langsung mencari tempat duduk seperti pengunjung Starbucks pada umumnya. Tak berselang lama, ketujuh orang itu keluar. Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 10.30, terjadi ledakan dari arah samping kanan Starbucks.
BACA: BOM THAMRIN: Serangan ala Paris di Jakarta, Ini Buktinya
Frank dan Johan adalah dua dari puluhan korban serangkaian penembakan dan pengeboman yang terjadi di Sarinah, Jakarta Pusat, lokasi yang menjadi tempat bagi banyak gerai asal Amerika Serikat. Di samping kiri Starbucks, ada Burger King. Di seberang kanan Starbucks, juga ada gerai McDonald. Ada enam ledakan dan insiden tembak-menembak yang kemudian berujung tewasnya tujuh orang, lima di antaranya para pelaku serangan.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyebut ISIS sebagai pelaku serangan ini. Aamaq, kantor berita yang punya hubungan dengan ISIS, melansir pernyataan bahwa organisasi yang dipimpin Abu Bakar Al-Baghdadi itu mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
BACA: Video Detik Menegangkan Fotografer Tempo Rekam Bom Sarinah
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyebut serangan ini “meniru tindakan teror di Paris”, yang juga didalangi ISIS pada 13 November 2015. Saat itu, pelaku meledakkan bom bunuh diri dan melepaskan tembakan di restoran, kafe, serta ruang konser di Paris dan pinggiran utara negara itu, Saint-Denis. Kejadian tersebut menewaskan 130 orang serta melukai 300 lainnya.
Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, mengatakan penyerang Sarinah punya gaya yang sama dengan teroris di Paris, yaitu lebih menyasar kerumunan orang, bukan kelompok tertentu. Hal itu terlihat dari para korban, yang berasal dari latar belakang berbeda. Ada yang berkewarganegaraan asing, perempuan, dan polisi. “Kasus ini sama dengan kasus teror bom di Paris, Prancis, yang juga menyasar kerumunan,” kata dia kemarin.
BACA: Korban Bom Thamrin Sempat Hubungi Kerabatnya
Menurut Taufik, beberapa kelompok radikal yang juga berafiliasi dengan ISIS sempat menyasar aparat keamanan sebagai target karena teman-teman mereka ditangkap.
Kesamaan lainnya antara teror di Jakarta dan Paris adalah jenis serangan yang terbuka. Alih-alih menaruh bom lalu kabur diam-diam dan membiarkan bom meledak sendiri, pelaku membawa senjata api dan menembak dengan tenang. Mereka menyalakan bom agar terlihat. “Tujuannya tentu agar bisa diliput dan dikenal melalui media, agar stabilitas ekonomi dan politik terganggu, serta menciptakan rasa takut di masyarakat,” kata Taufik.
BACA: Bahrum Naim, Sosok di Balik Teror Bom Sarinah Jakarta
Pengamat terorisme, Mardigu Wowiek Prasantyo, punya pandangan sama. “Kelompok ISIS biasanya menyerang dengan senjata, seperti serangan di Sarinah,” kata dia kemarin. Bila mereka tertekan, kata Mardigu, mereka akan menjalankan aksi bom bunuh diri.
MITRA TARIGAN | TIKA PRIMANDARI | THE INDEPENDENT | FOX NEWS
TRAGEDI BOM THAMRIN
BOM SARINAH, Kesaksian Fotografer Tempo Rekam Aksi Pelaku
BOM SARINAH, Detik-detik Mencekam, Raiskana Tertembak
Jakarta Diserang Serangkaian Aksi Terorisme oleh tempovideochannel