TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Nahdlatul Ulama Said Aqil mengaku sudah mengingatkan pemerintah mengenai bahaya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut dia, PBNU sudah mengingatkan berbahayanya warga Indonesia yang baru kembali dari Suriah karena bergabung dengan ISIS sejak dua tahun lalu.
"Dari awal saya sudah sering beri masukan bahwa ISIS sangat berbahaya. Saya sampaikan bahwa warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS sudah 800 orang. Tapi, ada pejabat yang membantah dan bilang cuma 200," kata Said dalam acara apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, hari ini, 17 Januari 2016.
Said juga sudah mengingatkan mengenai adanya aliran dana masuk ke Indonesia yang berkaitan dengan teroris. Ia menyampaikan ini pada pemerintah sudah sejak dua tahun lalu. "Tapi, ada seorang pejabat yang bilang tidak. Aman. Terbukti sekarang kan," kata Said. Ia menyerukan pada seluruh umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan ISIS. Menurut dia, dalam kitab suci Al-Quran dijelaskan bahwa tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang melakukan kejahatan atas nama Islam.
PBNU juga mengimbau pemerintah untuk meningkatkan perang terhadap terorisme, salah satunya melalui program deradikalisasi. Said mengatakan PBNU juga mendukung revisi undang-undang terorisme demi mengusir paham radikalisme di Indonesia. "Revisi UU terorisme harus kita dukung demi pemberantasan terorisme," katanya.
Organisasi keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, Persatuan Hindu Dharma Indonesia, Wali Umat Buddha Indonesia, dan Majelis Tinggi Masyarakat Konghucu Indonesia siang ini melakukan apel kebhinekaan untuk menyatakan terhadap radikalisme, terorisme, dan narkoba di Lapangan Banteng. Apel dihadiri 15 ribu warga dari seluruh ormas keagamaan. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga menghadiri acara itu.
ANANDA TERESIA