TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Kusrin, perakit televisi asal Karanganyar, Jawa Tengah, menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin 25 Januari 2016. Kusrin membawa contoh satu buah televisi buatannya. Menteri Perindustrian Saleh Husin turut hadir dalam pertemuan tersebut mendampingi Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi mengapresiasi dan mengagumi kretivitas Kusrin. Menurut Presiden, selain soal kualitas produk, kemasan televisi Kusrin dinilai menarik dan telah menyematkan merek sendiri yaitu Maxreen, Veloz, dan Zener.
Presiden lantas meminta Menteri Saleh Husin untuk membantu Kusrin dalam pengurusan paten merek produknya. Presiden Jokowi berharap kalangan perbankan memberi kemudahan kredit untuk modal usaha kecil seperti Kusrin.
Kusrin, 37 tahun, membuka usaha perakitan televisi dari tabung komputer bekas. Pria hanya tamat sekolah dasar ini sempat kebingungan karena produksi televisinya dihentikan. Penyebabnya, ia dianggap menyalahi aturan hukum tentang standar produksi. Semua televisi yang dibuat untuk dipasarkan dimusnahkan.
Kejadian itu justru ketika Kusrin sedang mengurus persyaratan SNI atas produknya. Tak hanya itu, Kusrin juga sempat berurusan dengan polisi. Kusrin dituduh melanggar Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian serta Perubahan Permendagri tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi, yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan Presiden terkejut dengan televisi rakitan Kusrin. "Dari sisi profesional sudah jadi standar untuk bisa dikomersilkan. Kardus pun sudah pakai brand," kata Johan.
Dalam pertemuan dengan Presiden, Kusrin menjelaskan tahap-tahap memperoleh izin yang sudah dipenuhinya. "Sehingga, dikeluarkanlah standar SNI, karena Mas Kusrin sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan," sambung Johan.
Atas usaha kreatif Kusrin, Presiden secara pribadi memberikan bantuan tambahan modal. "Karena melihat effort Mas Kusrin memproduksi barang daur ulang," kata Johan.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan sudah menjadi tugas kementeriannya untuk membina pelaku industri sehingga apa yang dilakukan pelaku industri, seperti Kusrin, secara legal dapat dibenarkan dan secara industri sudah layak dipasarkan.
"Ini adalah produk yang dihasilkan oleh Mas Kusrin. Dan SNI yang sudah didapat itu, inilah yang ditunggu oleh Mas Kusrin selama ini," kata Saleh sambil menunjukkan televisi rakitan Kusrin.
Kementerian Perindustrian akan membina Kusrin supaya memiliki produk dengan merek sendiri. "Sehingga nilai jualnya akan lebih meningkat," kata Saleh sembari menambahkan televisi rakitan Kusrin menggunakan bahan dari komputer bekas yang didaur ulang. "Dengan keahlian Mas Kusrin maka dapat menjadi suatu produk yang bernilai tinggi."
Menteri Saleh juga menjelaskan merek dalam kardus televisi yang tertulis Maxreen berasal dari kata Mas Kusrin. "Ini punya remote, punya kartu garansi," katanya.
Segmen pasar televisi Maxreen tidak bersentuhan dengan segmen pasar produk pabrikan.
"Pangsa pasarnya menengah ke bawah, karena dijualnya per unit dengan harga Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu, dan beliau bisa menjual setiap hari kira-kira hingga 150 unit," kata Salih.
INGE KLARA SAFITRI | ANTARA