TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (Asita) Bali berharap, momentum Hari Raya Imlek mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya dari Cina.
"Ini momentum menggarap wisatawan dari Cina jelang Imlek di tengah musim sepi kunjungan turis bulan ini," kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Rabu, 27 Januari 2016.
Menurut dia, seperti tahun-tahun sebelumnya, turis dari Negeri Tirai Bambu itu biasanya melonjak hingga rata-rata 20 persen. Angka yang signifikan.
Mereka, kata dia, juga memiliki tingkat lama tinggal yang cukup, yakni rata-rata 5 hari 4 malam.
Ardana menjelaskan, Bali sangat potensial meningkatkan kunjungan wisatawan dari Negeri Panda tersebut, mengingat saat ini sudah dibangun akses penerbangan langsung dari sejumlah kota-kota besar, seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzou, ke Denpasar, Bali.
Akses penerbangan itu kini telah dilayani sejumlah maskapai penerbangan nasional dan maskapai penerbangan asing.
Wisatawan Cina per tahun, ujar dia, mencapai sekitar 200 juta orang, tapi yang berkunjung ke Pulau Dewata masih di bawah satu juta orang.
Hal itu, kata dia, memerlukan perhatian dari semua pihak, termasuk pemerintah dan kalangan bisnis pariwisata untuk menggarap potensi turis dari negeri dengan ikon tembok besar tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat wisatawan dari Cina memang menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya.
Wisatawan Cina mencapai sebanyak 642 ribu orang selama periode Januari hingga November 2105 atau terbesar kedua.
Angka tersebut berkontribusi sebesar 17,68 persen terhadap total kunjungan wisman ke Bali yang mencapai 3.631.195 orang.
Selama 2015, jumlah kunjungan wisatawan Cina meningkat 19 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2014 dengan jumlah wisatawan mencapai 539.371 orang.
ANTARA