TEMPO.CO, Surabaya - Tahun Baru Imlek tak selalu diwarnai dengan bunyi denting pisau, sendok atau garpu yang beradu dengan piring di meja makan keluarga yang penuh dengan sajian menu khas di atasnya. Warga kampung pecinan lawas di Surabaya, Jawa Timur, ini misalnya.
Mereka merayakannya dengan cara berbeda. Mengenakan pakaian terbaik, mereka sabar mengantre untuk dibuatkan foto selfie gratis oleh Komunitas fotografer Matanesia. Maksudnya adalah foto bersama keluarga, tapi tak sedikit yang berpasangan. Komunitas itu menggelar proyek foto keluarga gratis di kampung Pecinan Tambak Bayan, Kecamatan Bubutan, Surabaya, selama dua hari, Minggu dan Senin, 7-8 Februari 2016.
Menurut pendiri Matanesia, Mamuk Ismuntoro, foto keluarga adalah foto yang paling populer di dunia. Tapi tidak semua keluarga punya kesempatan foto formal bersama. "Apalagi untuk berfoto di studio yang terbilang mahal bagi kalangan menengah ke bawah seperti di Kampung Tambak Bayan,” ujarnya saat ditemui Tempo di lokasi pemotretan, Senin 8 Februari 2016.
Baca berita lainnya: Inilah Anak Muda Tionghoa di Indonesia Pendobrak Stigma
Pelataran gedung tua di tengah perkampungan padat Tambak Bayan Tengah lantas disulap menjadi studio foto. Dua lampu studio dipasang di sisi kiri dan kanan. Lampion yang tergantung serta pintu kayu setinggi tiga meter dengan lantai keramik khas Cina dipilih sebagai latar belakang.
“Kami ingin identitas lingkungannya terlihat, atau dengan konsep environmental potrait," kata Mamuk. "Sebenarnya kami ingin mereka dipotret di rumahnya, tapi tidak memungkinkan.”
Dari sekitar 60 kepala keluarga, separuhnya mendatangi studio mini itu. Setiap keluarga boleh mengajak sebanyak mungkin anggota keluarganya. Bahkan, tak sedikit yang meminta dipotret berdua dengan suami atau istrinya.
Selepas dipotret, Mamuk dan timnya mencatat nama dan nomor ponsel yang dapat dihubungi. “Nanti setelah selesai dicetak, bisa diambil. Kami berikan foto berukuran 10RS, berikut piguranya. Semuanya gratis,” tutur dia.
Baca berita lainnya: FEATURE: Generasi Baru Tionghoa Indonesia
Satu warga, Muntik, 50 tahun, mengaku senang mendapat kesempatan berfoto bersama kedua cucu dan putrinya, Lina Pusparini, 29 tahun. Ia mengaku tak punya foto formal bersama keluarga di luar momen pernikahan. “Senang sekali. Saya sudah tinggal 30 tahun di sini, belum punya foto keluarga,” katanya antusias.
Menurutnya, tahun baru Imlek adalah momen yang pas karena seluruh menantu dan cucu-cucunya pasti berkumpul di rumah. Ia hanya menyayangkan, mendiang suaminya, Nio Kwe Hieng, tak bisa ikut merasakan kesempatan berfoto bersama.
ARTIKA RACHMI FARMITA