TEMPO.CO, Pangkalpinang - Banjir besar yang melanda Kota Pangkalpinang membuat ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut sejak pagi tadi terendam air. Bahkan, hingga tengah malam ratusan warga masih terjebak di dalam rumah dan berteriak minta tolong untuk segera dievakuasi. Namun ketersediaan dua perahu karet belum mampu mengakomodasi semua warga.
Dari pantauan Tempo di lokasi kejadian, teriakan warga minta dievakuasi terdengar di sepanjang Jalan Abdurahman Siddik, Jalan Balai, Cebo, Pelipur, dan seputaran Gedung Nasional.
Wakil Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani mengatakan pemerintah terus mengupayakan evakuasi warga meski kekurangan sejumlah sarana dan prasarana. "Kita paham masyarakat ada yang emosi karena bantuan lambat datang. Namun perlu diketahui jika armada kita jauh kekurangan. Perahu karet saja hanya dua unit," ujar Hidayat, Selasa, 9 Februari 2016.
Selain kekurangan sarana dan personel, kata Hidayat, kendala utama yang dihadapi adalah akses jalan yang terputus, arus kencang, dan personel yang terpecah karena membantu penyelamatan akibat musibah banjir yang terjadi hampir di seluruh Pulau Bangka.
"Saat ini kami fokus mana yang terdekat yang bisa diselamatkan. Untuk yang belum dievakuasi, kita antarkan makanan, pakaian, dan selimut dulu sembari menunggu perahu karet," ujarnya.
Hidayat yang turun langsung mengevakuasi warga mengatakan musibah ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 30 tahun. Hal ini karena hampir seluruh wilayah Pulau Bangka tergenang air.
"Saat ini kita melakukan tindakan penyelamatan cepat. Warga yang masih bisa tertolong kita evakuasi ke rumah dinas Wali Kota. Yang lain mohon sabar menunggu dan tetap waspada," ujarnya.
SERVIO MARANDA