TEMPO.CO, Malang - Tiga hari sebelum meninggal, juru mesin udara pesawat Super Tucano Sersan Mayor Syaiful Arief Rakhman mengganti foto profil di sosial media. Dalam foto tersebut, Syaiful menunggangi sepeda motor Honda C 70 dengan latar pesawat Super Tucano.
"Apakah itu firasat sebelum meninggal," kata Yossie Paulus, kakak ipar Syaiful usai pemakaman di Taman Makam Pahlawan Suropati Malang, Kamis, 11 Februari 2016.
Yossie mengaku awalnya tak menyadari jika juru mesin pesawat yang menjadi korban pesawat Super Tucano itu adik iparnya. Lantaran keluarga menyapa Syaiful dengan sebutan Arief.
"Saya baru tahu setelah ditelepon keluarga," kata Yossie, yang juga menjabat Kepala Bagian Operasional Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat.
Syaiful, menurut Yossie, mengikuti kursus dan pelatihan teknisi khusus merawat Super Tucano di Brazil tiga tahun lalu. Namun, Syaiful tak pernah membicarakan mengenai pekerjaannya selama ini.
Sedangkan ayah Syaiful, Yusuf Wibisono, mengaku gelisah dan kepikiran sejak sepekan terakhir. Yusuf sering melihat foto Syaiful dan kerap tersenyum setelah melihat foto anak kedua dari lima bersaudara itu.
Syaiful, menurut dia, memberi kabar lima hari lalu. Setahun sekali saat lebaran, Syaiful berkunjung ke rumah orang tuanya. Sebelum meninggal, Syaiful juga mengajari istrinya Skandaniati Lee Enviel mengemudi mobil.
Suasana haru menyelimuti pemakaman secara militer dengan inspektur upacara Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama Djoko Senoputro. Tembakan ke udara menandai pemakaman juru mesin udara kelahiran Magelang, 13 Desember 1979.
Syaiful meninggalkan istri Skandaniati Lee Enviel dan dua anak, Aufrysa Raditya Rahman serta Natasha Almyra Rachman. Ketiganya tampak terpukul saat pemakaman. Mereka berlinang air mata saat peti jenazah dimasukkan dalam liang lahat.
EKO WIDIANTO