TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan dengan warga Kampung Akuarium, Pasar Ikan Luar Batang. Pertemuan tersebut dihadiri Ketua Umum MUI Pusat Ma'aruf Amin, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah, dan aktivis Ratna Sarumpaet.
Pertemuan dimulai dengan mendengar aduan eks warga Pasar Ikan Luar Batang. Warga Luar Batang, Catur, menceritakan kronologi saat pembongkaran oleh petugas dari Provinsi DKI Jakarta.
"Hari ini panas, tapi lebih panas pada 11 April lalu, saat petugas datang menghancurkan bangunan kami," kata Catur di atas puing bekas Pasar Ikan Luar Batang, Selasa, 10 Mei 2016.
Menurut Catur, saat dilakukan penggusuran, ribuan polisi dan tentara menyerang warga tanpa ampun. Banyak anak-anak terinjak dan terjerembab ke dalam kali. "Salawat badar juga tidak dipedulikan," ucap Catur. Sebelum digusur, ujar Catur, warga tidak diberi waktu mempersiapkan diri.
Catur menuturkan, awalnya, petugas hanya mendata warga yang tinggal di Pasar Ikan. Namun, dua hari kemudian, tiba-tiba muncul peringatan yang disusul peringatan lain. “Semua berjalan dengan sangat cepat.”
Warga lain, Upi, mengatakan, setelah dilakukan penggusuran, warga kerap mendapat teror. Eks warga Pasar Ikan juga sudah tidak diakui secara administratif. "Kami sudah tidak dilayani membuat SKCK dan akta kelahiran. Bahkan kami dikatakan sudah tidak dianggap oleh negara," ucap Upi.
Warga berharap mendapat solusi seusai pertemuan tersebut. Menurut mereka, bukan logistik yang menjadi persoalan, tapi kepastian nasib. Mereka telantar di atas puing-puing hasil pembongkaran pada April lalu.
Pasar Ikan Luar Batang telah rata dengan tanah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menawarkan rumah susun sederhana sewa, tapi fasilitas itu dianggap tidak memadai. Bahkan mereka berseru rela meninggalkan rusun tersebut untuk kembali ke tanah kelahiran mereka.
LARISSA HUDA