TEMPO.CO, Mojokerto - Sebagai elemen penting bangsa, Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) sedang menyiapkan ibu-ibu yang akan menjadi laskar anti-narkoba. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, setelah deklarasi anti-narkoba yang dilakukan sejak Harlah Muslimat NU ke-70 di Malang, 26 Maret 2016, Muslimat akan membentuk laskar anti-narkoba.
"Deklarasi akan diikuti semua pengurus wilayah dan cabang serta akan dibentuk laskar anti-narkoba di tiap ranting atau desa/kelurahan," kata Khofifah, yang juga Menteri Sosial, seusai deklarasi anti-narkoba dan peringatan Harlah Muslimat NU di Pendopo Agung, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Ahad, 15 Mei 2016.
Tiap desa ditargetkan memiliki 3-5 ibu-ibu yang menjadi pionir dan laskar dalam pencegahan serta pemberantasan narkoba. "Sekarang baru ikrar anti-narkoba dan akan dilanjutkan pelantikan laskar anti-narkoba," tuturnya.
Bukan hanya laskar anti-narkoba, jutaan ibu-ibu yang menjadi pengurus ataupun anggota Muslimat NU se-Indonesia diharapkan juga menjadi benteng bagi keluarga dari bahaya narkoba. "Kalau ini masif, insya Allah proses pencegahan di lini paling bawah di desa dan keluarga akan berjalan," ucapnya.
Khofifah berharap masyarakat memanfaatkan segala jenis kegiatan atau forum, termasuk pengajian, untuk mensosialisasi bahaya narkoba. "Para penceramah akan memberi warning bahaya narkoba."
Upaya ini, menurut dia, akan efektif dan efisien dalam membantu negara yang secara formal memberikan wewenang pemberantasan narkoba kepada Polri, TNI, dan Badan Narkotika Nasional (BNN). "Kalau ini dilakukan pemerintah, mahal. Kalau penceramah di berbagai tempat mensosialisasi, itu efektif," katanya.
Khofifah menyebut peran Muslimat NU sebagai ormas perempuan terbesar di Indonesia itu demi menyelamatkan generasi bangsa Indonesia. "Sebab, 40-50 orang dalam sehari meninggal karena narkoba. Tahun lalu, uang rakyat yang dipakai untuk beli narkoba mencapai Rp 63 triliun."
ISHOMUDDIN