TEMPO.CO, MEdan - Identifikasi terhadap korban banjir bandang di Sibolangit, Sumatera Utara, terus dilakukan. Untuk mempercepat dan mempermudah proses identifikasi jenazah korban banjir bandang Sibolangit, Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan menggandeng empat ahli forensik dari rumah sakit berbeda guna memeriksa data postmortem masing-masing korban. ”Empat ahli forensik ini dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Adam Malik, dan Rumah Sakit Pirngadi Medan,” ujar Kepala RS Bhayangkara Medan Komisaris Besar Farid Amansyah, Selasa, 17 Mei 2016.
Ahli forensik itu, menurut Farid, dilibatkan dalam tim yang berjumlah 75 personel. Menurut dia, 75 personel RS Bhayangkara itu dibagi atas beberapa tim. Satu tim ditugaskan khusus di Sibolangit, mendata jenazah yang baru ditemukan, dan tim lainnya di posko antemortem dan posko postmortem. Selain itu, ada yang ditugaskan khusus dalam tim rekonsiliasi. Tugas tim rekonsiliasi mencocokkan data postmortem dengan data antemortem.
Banjir bandang terjadi di Lau Betimus, Sibolangit. Saat air meluap secara tiba-tiba, puluhan mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sekolah Tinggi Kesehatan Flora, dan warga sekitar Rumah Sakit Adam Malik Medan tengah berwisata di kawasan air terjun dua warna Sibolangit. Akibat banjir tersebut, 21 orang dinyatakan hilang. (Baca: Tiga Jenazah Banjir Bandang Sibolangit Ditemukan)
Camat Sibolangit, Amos Karokaro, mengakui hutan di hulu Lau Betimus sudah rusak. Dampak kerusakan itu, menurut Amos, adalah banjir bandang di Lau Betimus dan air terjun dua warna Sibolangit. ”Kami di Deli Serdang yang terkena dampak perusakan hutan di Karo atau di hulu Sibolangit, yakni Gunung Sibayak,” kata Amos.
SAHAT SIMATUPANG