TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin mengaku terkesan atas kerja keras dan kejujuran anggota Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Malang Brigadir Kepala Seladi. Brigadir Seladi memilih menjadi pemulung ketimbang menerima suap. "Beliau tidak sungkan menjadi pemulung sampah sebagai penghasilan tambahan di luar jam dinasnya," ujar Ade di Kompleks Parlemen Senayan, Senin, 23 Mei 2016.
BACA: Ketua DPR Minta Bripka Seladi Tidak Meniru Briptu Norman
Ade mengatakan apa yang dilakukan anggota kepolisian yang saat ini bertugas di Unit Administrasi Satuan Lalu Lintas Polres Kota Malang itu memberikan contoh teladan kepada masyarakat. "Padahal bisa saja beliau mendapat penghasilan tambahan dengan menerima suap terkait dengan pekerjaannya membantu masyarakat yang ingin pembuatan surat izin mengemudi lebih cepat," katanya.
BACA JUGA
Geger Daging Manusia Dijadikan Kornet, Ini Penampakannya
Wah, Pemerintah Larang Nikahi Brondong, Begini Alasannya
Menurut Akom, ia salut Seladi memilih mengutamakan kejujuran. Ini juga dipandang sebagai wujud dari revolusi mental. Yang dilakukan Seladi, kata Akom, tidak mudah dijalankan, mengingat banyaknya godaan suap di sekitarnya. Karena itu, pihaknya pun berinisiatif mengundang Seladi ke parlemen untuk makan siang dan menerima penghargaan tersebut.
Selama menjalankan tugasnya, Seladi mengklaim tak pernah menerima suap. "Selama 16 tahun bertugas, ya tidak pernah terima suap, baik uang, makanan, atau apa pun," tutur Seladi.
Seladi melakukan pekerjaan sebagai pemulung sejak 2004. Dia terbiasa memulung setelah mengerjakan tugasnya di Polres Kota Malang. "Biasanya, setelah piket malam atau setelah jam 6 sore, saya keliling cari sampah dan bawa ke rumah."
BACA: Selain Bripka Seladi, Badrodin: Yang Jadi Tukang Ojek Ada
Seladi mengaku membutuhkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Seladi pun tak malu dan tidak masalah dalam melakoni pekerjaannya sebagai pemulung. "Saya mohon maaf, lebih mudah dan lebih baik jadi pemulung, itu pilihan saya."
Seladi bercerita, semula ia mengumpulkan sampah di sekitar Markas Polresta. Awalnya dia mengantongi Rp 25 ribu. Aktivitas mengumpulkan barang bekas dilakukan setelah berdinas mengatur lalu lintas atau tes pengemudi di unitnya. Mengayuh sepeda angin, dia pulang ke Gang 6 Nomor 44, Kelurahan Gadang, Kota Malang. Barang bekas itu dikumpulkan di rumah dan dipilah.
BACA: Bripka Seladi Pilih Pungut Sampah Ketimbang Hidup dari Pungli
Lantas, sejak dua tahun lalu, seorang teman pengepul barang bekas meminjamkan gudang penyimpanan barang bekas kepada Suladi. Gudang tersebut hanya berjarak selemparan batu dari unit SIM di Jalan Wahidin, Kota Malang, tempat dia bekerja. Gudang itu menjadi tempat penyimpanan seluruh barang bekas. Aneka jenis barang bekas, seperti kertas, karton, botol, dan plastik, tertata rapi.
BACA JUGA
Duh, Adegan Suami-Istri Disiarkan Live, Penonton Bisa Coba
Dea Mirella: Aku Hancur, Menangis Tiap Dengar Suara Bayi
Setiap hari, dia mengantongi uang hasil penjualan barang bekas sekitar Rp 75 ribu. Sedangkan barang bekas tersebut didapatnya dari sampah Stasiun Kereta Api Kota Malang. Sampah berasal dari penumpang kereta sepanjang perjalanan kereta jarak jauh Jakarta-Malang, Bandung-Malang, dan Yogyakarta-Malang. Sampah-sampah itu dibungkus kantong plastik hitam, lantas dipindah ke gudang.
Selepas dinas, dia memilah barang bekas tersebut sesuai jenisnya. Setelah dipilah, barang bekas itu dijual ke sejumlah pengepul yang lebih besar. "Buat apa malu? Yang penting halal," katanya.
Seladi juga dikenal jujur. Dia menolak pemberian warga yang mengikuti uji SIM. Dia menganggap pemberian itu merupakan suap yang tabu diterimanya. Menurut Seladi, kadang peserta ujian grogi saat mengikuti tes sehingga selalu gagal. "Saya tolak pemberian itu dengan halus. Kalau memaksa ya saya salurkan ke masjid atau anak yatim," ujar bapak tiga anak ini.
Seladi akan memasuki masa pensiun Februari 2017. Dia masih punya tanggungan utang ke koperasi di Polres Malang Kota. Sampai saat ini, dia masih mengangsur utang tersebut. "Setelah pensiun, saya masih harus mengangsurnya," tutur Seladi.
EKO WIDIANTO