TEMPO.CO, Yogyakarta - Pondok Pesantren Sunan Pandanaran di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu-satunya pondok pesantren di daerah ini yang mendapat penghargaan dari Bank Indonesia karena menerapkan transaksi uang elektronik di lingkungan ponpes.
Asisten Manajer Unit Akses Keuangan dan UMKM Perwakilan Bank Indonesia DIY, Serrlylita Dwi Laraswanti, mengatakan transaksi uang elektronik di Ponpes itu berlangsung sejak tahun 2015. BI melihat ponpes itu punya usaha bisnis yang berkembang, di antaranya warung telekomunikasi, jasa laundry, dan mini market. Ponpes itu punya jumlah santri yang besar, yakni 3.500 orang.
Lembaga pendidikan Agama Islam itu memiliki Baitul Maal Wat Tamwil atau Balai Usaha Mandiri Terpadu yang mengelola keuangan inklusif dan mendukung gerakan uang elektronik. “Mereka menggunakan uang elektronik karena lebih aman dan praktis,” kata Serrlylita di sela rapat koordinasi daerah Tim Pengendali Inflasi Daerah DIY di kantor perwakilan Bank Indonesia, Selasa, 24 Mei 2016.
Bank Indonesia mengganjar penghargaan berupa alat pengolah limbah atau biodigester senilai hamper Rp 100 juta untuk Ponpes Sunan Pandanaran. Dengan alat itu, BI berharap santri dalam jmlah besar di ponpes itu bisa menghemat biaya untuk mengolah makanan.
Dia mengatakan tahun 2015, Bank Indonesia mendatangi dua ponpes atas rekomendasi Kementerian Agama. Dua ponpes itu punya bisnis yang berkembang di lingkungan ponpes dan memiliki jumlah santri yang besar. Satu di antaranya Ponpes Sunan Pandanaran.
Sedangkan, satu ponpes lainnya memutuskan untuk tidak menggunakan uang elektronik dengan alasan punya aturan atau system sendiri di lingkungan ponpes. Tahun ini, BI berencana menemui sejumlah ponpes untuk mengkampanyekan penggunaan uang elektronik.
Pengelola BMT Ponpes Sunan Pandanaran, Hasan, mengatakan penggunaan uang elektronik di lingkungan ponpes lebih praktis dan aman. “Santi sudah gunakan uang elektronik sejak beberapa bulan terakhir,” kata Hasan ketika dihubungi.
Bank Indonesia mengkampanyekan penggunaan uang elektronik untuk mendorong masyarakat menerapkan transaksi keuangan yang mudah, aman, dan efisien sejak tahun 2014. Proyek percontohan kampanye pertama kali adalah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hingga saat ini bank yang sudah menerbitkan kartu uang elektronik di antaranya Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, dan CIMB Niaga.
Uang elektronik yang dikampanyekan itu mirip dengan kartu debit anjungan tunai mandiri. Bedanya, uang elektronik ini tidak dilengkapi dengan personal identification number (PIN). Karena tidak ada PIN, jika kartu elektronik hilang, pemegang kartu akan kehilangan uang yang tersimpan di dalamnya.Nilai uang yang disimpan di dalam kartu ini maksimal Rp 1 juta.
Pemegang kartu bisa menggunakannya untuk bertransaksi, misalnya, di toko-toko yang menjadi mitra bank yang mengeluarkan kartu itu. Cara mengakses kartu ini dan kartu debit sama.
SHINTA MAHARANI