TEMPO.CO, Jakarta – Yusril Ihza Mahendra menilai, pertemuan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan pemimpin Partai Golkar beberapa waktu lalu tidak perlu ditanggapi serius. Alasannya, dalam dunia politik, sangat lazim ada komunikasi antara partai dan calon yang akan maju dalam pemilihan.
”Tidak usah ditanggapi itu, biarin saja. Politik ini apa yang terlihat di permukaan tidak sama dengan apa yang terjadi,” kata mantan menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia itu seusai salat Jumat di Mesjid Jami Nurul Huda, Kemang, Jakarta Selatan, Jumat, 27 Mei 2016.
Baca juga:
37 Bukti Kopi Maut: Ancaman Jessica ke Kristie Dimasukkan!
Lihat, Jokowi Ledek Anaknya: Aduh,Duh, Saaang, Kaesang...
Yusril sudah menyatakan bakal ikut memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017. Dia siap menghadapi Ahok–sapaan Basuki--yang saat ini dianggap sebagai calon paling kuat.
Menurut Yusril, komunikasi yang dilakukan Ahok dan Ketua Umum Golkar Setya Novanto adalah hal yang wajar. Terlebih, hal ini dilakukan menjelang pemilihan kepala daerah. "Kami pahamlah hal-hal seperti itu," kata Yusril.
Pada Sabut, 21 Mei 2016, Ahok bersama beberapa politikus partai berlambang pohon beringin tersebut mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, Basuki mengklaim mendapat dukungan dari partai penguasa Orde Baru tersebut.
Baca: Didukung Golkar, Ahok: Mereka Teman Dekat
Ahok berujar, hubungannya dengan Golkar baik. Namun ia mengakui belum ada dukungan secara resmi dari partai tersebut. Ahok pun tidak kaget bila Golkar memberikan dukungannya untuk maju dalam pemilihan gubernur 2017.
"Kalau mereka dukung, berarti tiga partai dukung. Tiga partai kan asalnya sama, dari Partai Golkar," kata Ahok. Partai yang dimaksud adalah Partai NasDem dan Partai Hanura.
ARKHELAUS W. | DESTRIANITA K.
Baca juga:
Geger Kontribusi Reklamasi: Tiga Skenario Nasib Ahok
Heboh, Ibunya Belum Bayar Utang? Ini Reaksi Ayu Ting Ting