TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul Yuniarti Eko Ningsih mengatakan kerugian akibat gelombang pasang di pesisir selatan diperkirakan sekitar Rp 2 miliar. Taksiran itu berasal dari data kerusakan kapal-kapal nelayan dan peralatan tangkap yang mereka miliki. Ini tak termasuk gazebo dan warung-warung milik warga yang ikut rusak.
"Untuk bantuan dampak gelombang memang tak akan kami usulkan ke pusat seperti kasus 2009," ujarnya, Minggu, 29 Mei 2016. "Ini menjadi domain daerah dan baru kami usulkan secepatnya pada pembahasan anggaran perubahan Agustus-September nanti, tidak bisa cepat."
Kapal yang rusak akibat terjangan gelombang itu merupakan kapal berbobot ringan (kapal motor tempel). Jumlahnya mencapai 50 lebih.
Sekretaris Tim SAR Pantai Baron Surisdiyanto menuturkan, perlahan aktivitas nelayan memang mulai normal sepekan pasca-gelombang pasang. "Tapi sebagian besar kapal rusak masih dalam perbaikan, yang melaut normal masih antara 5-10 unit," ujarnya.
Gelombang pasang tak biasa pada awal pekan lalu sempat membuat aktivitas pesisir sempat lumpuh, bahkan hingga akhir pekan. Puluhan kapal nelayan, juga warung-warung pedagang di lima pantai utama, seperti Baron, Sepanjang, Drini, Somadeng, dan Sadranan, rusak ringan hingga berat diterjang gelombang dengan ketinggian rata-rata 3,5 meter. Taksiran kasar kerugian diperkirakan lebih dari Rp 2 miliar.
Koordinator Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah DI Yogyakarta Pristiawan Buntoro mengatakan pihaknya menyimpulkan kejadian gelombang tinggi di sejumlah Pantai Gunungkidul merupakan hal biasa. Namun kasus gelombang pekan lalu menjadi tidak biasa karena mengakibatkan kerusakan bangunan/fasilitas yang terlalu menjorok ke pantai. "Standarnya, jarak parkir kapal itu lebih-kurang empat meter dari posisi pasang-surut normal," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO