TEMPO.CO, Jakarta - Tarif listrik akan kembali naik pada Juni karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kenaikan ini berlaku bagi golongan yang sudah mengikuti penyesuaian tarif.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Sofyan Basir menegaskan, nilai tukar rupiah yang lemah meningkatkan komponen biaya bahan bakar pembangkit listrik.
“Biayanya naik tipis. Sebab, kami beli listrik dari IPP (pengembang listrik swasta) itu pakai dolar," katanya.
Ada tiga faktor yang menentukan besaran tarif tenaga listrik, yaitu nilai tukar atau kurs, inflasi, dan harga minyak. Meski harga minyak sempat melemah, Sofyan menyebut, hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan tarif.
"Sebab, komponen milik kami, yaitu pembangkit listrik yang menggunakan BBM, kecil sekali,’’ ujarnya.
Namun Sofyan belum membeberkan angka pasti besarnya kenaikan tarif bagi 12 golongan pengguna listrik. Tarif yang naik meliputi golongan rumah tangga, bisnis, dan industri skala kecil, menengah, serta besar.
BISNIS.COM