TEMPO.CO, Bandung - Kasus jalan tol ambles seperti yang terjadi di ruas Cikampek-Palimanan (Cipali) menunjukkan ada yang tidak tepat ketika proses pembuatannya. “Bukti konstruksinya ada yang tidak tepat,” kata peneliti longsor dari Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Bandung, Adrin Tohari. Upaya pemulihan dengan tiang pancang beton membuat biaya pemeliharaan menjadi bertambah.
Menurut Adrin, pembuat jalan tol biasa menimbun lahan lunak bekas sawah. Tanah itu biasanya dikupas per satu meter kemudian dibuat timbunan badan jalan. Di samping timbunan itu, seperti di ruas jalan tol Cipali yang longsor, merupakan lembah. “Tapi di dasar timbunan tidak ada perkuatan, saya yakin itu,” ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 25 Juni 2016.
Seharusnya, menurut Adrin, penguatan timbunan tanah memakai material geotekstil. Bahan itu lazim digunakan untuk pembangun jalan yang berfungsi menahan timbunan tanah bergerak. “Itu semacam material yang punya daya tarik tinggi yang membantu kekuatan lapisan tanah dasar di bawah timbunan,” jelasnya.
Geotekstil berbentuk seperti kain dari bahan plastik pada karung beras putih yang dianyam. Bahan itu punya kekuatan tarik yang besar. Kainnya dijahit sehingga tidak ada celah, supaya bagian dasarnya punya kekuatan daya tahan tambahan. “Tiang pancang terhitung mahal dibanding pemasangan geotekstil,” kata dia.
Menurutnya, ada pelunakan tanah yang membuatnya turun karena tidak ada perkuatan. Penyebab tanah lunak bisa dipicu oleh hujan. “Ada tanah lunak di bawah jalan tol Cipali itu,” kata dia. Penyebab lainnya yakni aliran sungai yang melintas.
Analisa itu selaras dengan penjelasan Wakil Direktur Utama PT. Lintas Marga Sedaya, Hudaya Arryanto tentang molornya perbaikan bahu jalan tol Cipali yang ambles di kilometer 103+400 arah Cirebon-Jakarta pada 25 Mei 2016. Waktu perbaikan menjadi lebih dari sebulan dari target 20 hari akibat bagian kaki timbunan badan jalan tergerus luapan Sungai Cibening.
Kasus sebelumnya pernah diteliti Adrin di jalan tol Cipularang yang pernah longsor di kilometer 71 arah ke Bandung pada Maret 2014. Di sana ada aliran sungai yang airnya bisa berlimpah sehingga tidak semua masuk ke gorong-gorong. Air yang membuat tanah menjadi lunak, selain faktor hujan, sehingga akhirnya menjadi longsor.
Solusinya pengelola jalan tol memperkuat dengan pemasangan tiang-tiang beton pancang atau cor. Kasus itu kini terulang di jalan tol Cipali. “Sekarang banyak konstruksi jalan tol di Jawa dan Sumatera yang akan berhadapan dengan tanah lunak. Kalau tidak hati-hati, akan banyak terjadi longsor,” ujarnya.
ANWAR SISWADI