Berbuka Puasa dengan Katering Warga Eks Dolly

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kedua kanan), berbincang dengan warga yang sedang membatik saat peresmian Gang Dolly menjadi kampung wisata, di Surabaya,  21 Februari 2016. ANTARA/Zabur Karuru
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kedua kanan), berbincang dengan warga yang sedang membatik saat peresmian Gang Dolly menjadi kampung wisata, di Surabaya, 21 Februari 2016. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Surabaya - Aroma masakan mulai tercium di salah satu Gang Putat Jaya Surabaya saat Tempo berkunjung ke sana. Ada tiga rumah di gang itu yang sedang memasak untuk katering buka puasa yang dengan nama Katering Dolly. Mereka merupakan warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly yang sudah ditutup Pemerintah Kota Surabaya. Ada berbagai varian menu yang disiapkan mulai dari nasi kotak, nasi bungus, dan aneka takjil.

“Paling banyak pesan olahan ayam, ada yang dibakar atau goreng,” kata Alim ketika dikunjungi Tempo di rumahnya di kawasan Putat Jaya Surabaya.

Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Menu paling murah yang ditawarkan nasi, telur, sayur, sambal, harganya Rp 6500. Sedangkan menu lengkap dengan harga Rp 20.000 terdiri dari nasi putih, telur bali, lapis daging goreng bumbu, dan krengsengan. Sayurnya bisa memilih. Waktu itu kebetulan mereka mendapat pesanan sayur oseng buncis dan wortel.

Pemesan pun dari beragam tempat. Mulai dari kalangan mahasiswa, masjid-masijid sampai perkantoran. Koordinator dari warga Catering Dolly Ramadhan Dwi Roro menuturkan bahkan Dinas Perdagangan dan Perindustrian juga pesan untuk buka bersma.

Selain Alim, ada warga lain juga yang tergabung. Mereka dibagi menjadi enam kelompok untuk memasak sampai mengemas di rumah masing-masing. Sayangnya, warga yang tergabung belum sampai tiga puluh orang. Sampai-sampai ada salah satu warga yang ditemui Tempo menggunakan teras rumahnya untuk memasak.

Orderan mereka terbilang cukup banyak. Setiap harinya, enam kelompok tadi menyediakan hampir 400 kotak nasi untuk berbuka puasa. Belum lagi, jika malamnya menyusul orderan untuk sahur bersama. Dari situ, omzet mereka di hari ke-13 Ramadan sudah mencapai Rp 50 juta.

“Target Rp 100 juta,” kata Badai, salah Anggota Gerakan Melukis Harapan yang mengurus Catering Dolly Ramadan ini. Gerakan Melukis Ramadan merupakan komunitas yang mendampingi warga terdampak eks lokalisasi Dolly di kawasan Putat Jaya Surabaya. Anggotanya beragam. Mulai dari pekerja sampai mahasiswa.

Warga dan Gerakan Melukis Harapan berbagi tugas. Warga bertugas untuk belanja dan produksi, sedangkan Gerakan Melukis Harapan bertugas untuk memasarkan. Pukul 15.00, setelah warga selesai menata nasi dalam kardus, anggota Gerakan Melukis Harapan pun datang siap mengantar pesanan ke tempat tujuan. Sistemnya, Gerakan Melukis Harapan membeli hasil masakan warga terdampak eks lokalisasi ini. Kemudian mereka menjual dan memasarkan lewat media sosial seperti facebok, instagram dan antar teman ke taman.

SITI JIHAN SYAHFAUZIAH