Menteri Jonan Tak Percaya 12 Orang Meninggal Akibat Macet  

Sampah berserakan di antara kemacetan di arah keluar pintu tol Pejagan, di H-2 Lebaran, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Selama belasan jam terjebak di tol membuat pemudik menghabiskan banyak makanan dan membuang kemasannya di tol. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
Sampah berserakan di antara kemacetan di arah keluar pintu tol Pejagan, di H-2 Lebaran, Jawa Tengah, 4 Juli 2016. Selama belasan jam terjebak di tol membuat pemudik menghabiskan banyak makanan dan membuang kemasannya di tol. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan tak percaya ada 12 korban meninggal akibat macet parah di pintu keluar jalan tol Brebes (Brexit). Dia meyakini korban meninggal akibat penyakit yang dimiliki pemudik.

"Masa kemacetan bisa menimbulkan orang meninggal, kan enggak mungkin. Kalau kecelakaan, mungkin. Kalau macet saya kira enggak," kata Jonan, saat mengikuti open house di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2016.

Menurut dia, orang meninggal bisa dengan bermacam-macam cara, bukan karena kemacetan. "Kalau tidak mengidap penyakit sebelumnya, saya kira enggak akan meninggal," katanya.

Jonan mengatakan ada yang bilang pemudik meninggal karena terjebak macet 12 jam dan mengalami dehidrasi. Dia pun meragukan hal ini. "Kalau puasa berapa jam? Lebih saya kira 12 jam, buktinya enggak apa-apa juga. Ini kan cuma duduk-duduk saja. Menurut saya, ini sudah mengidap penyakit sebelumnya atau apa," katanya.

Karena itu, dia meragukan jika 12 orang meninggal akibat kemacetan parah di pintu jalan tol Brebes Timur. "Kalau ada yang mengutip ada yang meninggal karena macet, kok, saya baru tahu ini seumur hidup saya," kata Jonan.

Kabar adanya korban meninggal mengundang keprihatinan praktisi kesehatan, Ari Fahrial Syam. Dia mengatakan dalam kemacetan total berjam-jam seperti yang terjadi di pintu keluar jalan tol Brebes, para pemudik sudah pasti mengalami kelelahan. "Karena mereka istirahat ala kadarnya dan makan dan minum apa adanya. Kondisi ini akan membuat daya tahan para pemudik akan menurun dan mereka akan terpapar dengan berbagai infeksi," kata dokter spesialis penyakit dalam di RSCM ini dalam siaran persnya, Rabu, 6 Juli 2016.

Paparan infeksi tersebut bisa terjadi baik infeksi saluran pernapasan, infeksi pencernaan, atau terkena infeksi demam berdarah. "Stres yang terjadi akibat kemacetan juga memperburuk keadaan," kata Ari.

Untuk memulihkan kondisi fisik dan mental akibat kemacetan, Ari yang merupakan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menganjurkan pemudik untuk segera istirahat yang cukup saat tiba di tujuan. Ini untuk memulihkan kebugaran setelah berpuluh-puluh jam berada di kemacetan. Selain itu, mereka dianjurkan banyak mengkosumsi buah-buahan, serta cukup minum sampai sepuluh gelas per hari. Jika perlu, pemudik mengkosumsi suplemen atau vitamin.

Saran lainnya adalah berusaha menghindari tempat rekreasi yang memungkinkan adanya interaksi dengan banyak orang. Sebab, ini bisa berpotensi tertular penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pernapasan atas. Untuk mengantisipasi kemacetan saat balik, para pemudik sebaiknya menjadwal ulang akan mempercepat pulang atau memperlama pulang. "Karena walau bagaimana mereka harus segera siap untuk kembali bekerja dalam kondisi sehat dan walafiat," kata Ari.

AMIRULLAH