TEMPO.CO, Jakarta - Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Saat bermain, anak belajar melatih pancaindranya. Ada rasa ingin tahu yang sangat besar pada naluri anak. Mereka selalu ingin meniru aktivitas orang dewasa di sekitarnya. "Karena itu, mainan yang diberikan orang tua harus sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak," kata psikolog anak, Mutiara Padmosantjojo.
Menurut Mutiara, ada empat bentuk permainan dan mainan yang seharusnya diberikan kepada anak. Pertama, bermain sensorimotor, yaitu kegiatan bermain yang diterapkan kepada anak dari bayi sampai 2 tahun. "Pada fase ini, permainan ditekankan untuk mengendalikan pancaindra dan gerakan," ujarnya.
Biasanya, mainan yang diberikan kepada anak adalah mainan yang bisa mengeluarkan bunyi riang dan berbentuk makhluk hidup. Contohnya, mainan yang digantung di atas tempat tidur, yang bisa mengeluarkan suara gemerincing. Ada pula bentuk mainan tidak berbahaya bila dimasukkan ke mulut anak, biasa disebut teether. "Semua mainan ini untuk merangsang anak menggunakan pancaindranya," tutur Mutiara.
Pada masa transisi, saat hendak memasuki fase berikutnya, yakni sekitar umur 12-13 bulan, anak masuk ke tahap bermain pura-pura. Ini adalah permainan yang mulai menirukan kegiatan orang dewasa. Maka mainan yang biasa diberikan adalah mobil-mobilan, boneka, dan alat memasak. "Dengan catatan, ukuran mainan itu tak boleh kecil karena kecenderungan anak yang suka menelan mainan," ucapnya.
Saat di atas usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa berjalan, melompat, berbicara, dan mengenal sesuatu. Maka permainan yang bisa diberikan adalah mainan yang bisa merangsang kegiatan fisik anak. Contohnya, sepeda, bola, dan permainan yang merangsang otak anak. "Mainan yang diberikan harus bisa merangsang saraf motorik kasarnya," kata Mutiara.
Setelah di atas usia 4 tahun, baru masuk ke permainan yang lebih matang. Bentuk mainan juga sudah variatif. Segala bentuk mainan bisa digunakan pada fase ini, termasuk video game. Dengan permainan ini, anak akan belajar berinteraksi sosial dengan sesamanya. "Kejujuran, kerja keras, dan solidaritas sudah dibangun pada fase ini," ujar Mutiara.
Berita lainnya:
Kapan Anak Boleh Main Gadget?
Board Game Tingkatkan Kecerdasan Anak
Anak Perempuan Lebih Bebas Pilih Mainan daripada Lelaki