TEMPO.CO, Kendari - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, memimpin pemeriksaan terhadap enam pejabat lingkup pemerintah Sulawesi Tenggara. Sekitar pukul 10.00 Wita, Novel bersama sebelas penyidik KPK tiba di kantor polda dan langsung memasuki ruang penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara di lantai dua di Jalan Haluole, Kota Kendari.
Menggunakan jas hitam dan kemeja putih serta satu buah tas berwarna abu-abu yang tersandang di pundaknya, Novel menyapa sejumlah awak media yang berada di pintu masuk ruang pemeriksaan. "Kami kerja dulu, ya," katanya sesaat sebelum masuk ke ruang pemeriksaan, Rabu, 24 Agustus 2016.
Pada pemeriksaan ini, KPK juga terlihat membawa sejumlah koper, tas, dan boks oranye yang diduga merupakan dokumen yang berhasil disita saat penggeledahan di ruang kantor gubernur dan kantor Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara kemarin dengan dugaan korupsi izin pertambangan nikel oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam.
Pemeriksaan terhadap sejumlah pejabat pemerintah daerah dimulai pukul 10.06 Wita. Lima orang terperiksa masing-masing adalah staf ahli gubernur Kahar Haris, yang pernah menjabat Kepala Biro Hukum Sulawesi Tenggara; Kepala Bidang Analisis Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Aminoto; dan penyidik Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Prihanto. Lalu ada Kepala Bagian Perundang-Undangan Biro Hukum Sulawesi Tenggara Sulastri dan staf ESDM, Amrullah.
Kelimanya datang hampir bersamaan dan langsung menuju ruang penyidik. Lalu ada Kepala Dinas Pertambangan Burhanuddin, yang juga ikut dimintai keterangan.
Pantauan Tempo, hingga saat ini pemeriksaan KPK masih berlangsung, Prihanto, Aminoto dan Sulastri sudah selesai dimintai keterangan. Adapun Burhanuddin, Kahar Haris, dan Amrullah masih berada di dalam ruang penyidikan.
Saat dikonfirmasi, Prihanto membantah kedatangannya dalam rangka memenuhi panggilan pemeriksaan KPK. "Tidak benar itu, saya datang bertemu Direktur Kriminal Khusus terkait persoalan kawasan hutan," kata dia saat di konfirmasi melalui telepon selularnya kepada Tempo.
ROSNIAWANTY FIKRI