TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengatakan banjir dan longsor yang terjadi di Garut pada Rabu dinihari adalah yang terbesar yang pernah terjadi. Bencana ini menyebabkan puluhan orang meninggal dan belasan lainnya hilang.
"Dilaporkan ini adalah yang terbesar. Beberapa kali memang pernah terjadi banjir bandang, longsor, tapi intensitas atau magitudenya tidak sebesar kali ini," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta, Rabu, 21 September 2016.
Sutopo mengatakan, selain korban jiwa, bencana ini juga menimbulkan kerugian ekonomi. Meski saat ini kerugian masih dalam pendataan, namun diperkirakan ribuan mengalami kerusakan kerusakan. Ada yang hanyut, rusak berat, sedang, ringan.
Kerusakan juga terjadi pada infrastruktur. Beberapa jembatan putus, bangunan umum seperti sekolah dan kantor pemerintah juga mengalami kerusakan.
Menurut Sutopo, Bupati Garut telah menetapkan masa tanggap darurat bencana dalam 7 hari. Tapi pihaknya memperkirakan masa tanggap darurat akan diperpanjang melihat skala kerusakan yang luas.
Selama 7 hari tanggap darurat, kata Sutopo, pihaknya akan fokus pada pencarian dan penyalamatan korban. Saat ini tim SAR gabungan yang terdiri dari BNPB Daerah, Basarnas, TNI, Polri, PMI, Tagana, relawan dan masyarakat menyusuri Sungai Cimanuk untuk mencari korban hilang. "Selain itu, fokus lainnya adalah membantu dan memenuhi kebutuhan para korban selamat," kata Sutopo.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di hulu Sungai Cimanuk dianggap menjadi penyebab bencana banjir bandang di Kabupaten Garut.
Sutopo mengatakan, sejak 1980, DAS Sungai Cimanuk sudah dinyatakan sebagai DAS kritis. Sehingga setiap terjadi hujan, sering terjadi banjir dan longsor. Sebagai contoh kritisnya DAS Sungai Cimanuk ini bisa dilihat dari koefisien rasio sungai. Ini adalah angka yang menunjukan perbandingan debit maksimum sungai saat terjadi hujan dibandingkan debit minimun saat kemarau.
Suatu DAS dinyatakan buruk, kata Sutopo, jika koefisien rasio sungainya lebih besar dari 80. Tapi yang terjadi di DAS Cimanuk adalah koefisien rasio sungai adalah 713. "Ini menunjukan terjadi kerusakan yang masif di DAS tersebut, sehingga jika terjadi hujan lebat selalu dikonversi dengan limpasan permukaan atau debit sungai sehingga menjadi banjir. Ini yang terjadi tadi malam," kata Sutopo.
AMIRULLAH