TEMPO.CO, Trenggalek – Bencana tanah longsor kembali terjadi di wilayah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Satu rumah roboh tertimpa reruntuhan tanah di lereng Gunung Wilis.
Longsor yang terjadi seusai hujan deras ini menimpa rumah Sujianto, warga Dusun Trisan, Desa Pule, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, Minggu malam, 25 September 2016. Hampir seluruh tembok rumah yang ditempati Sujianto dan keluarganya ambruk setelah diterjang runtuhan tebing setinggi sepuluh meter. “Padahal rumah ini baru saya bangun,” ujar Sujianto, Senin, 26 September 2016.
Simak: Status Bromo Naik Siaga, Akses Taman Nasional Belum Ditutup
Sujianto mengatakan tebing di belakang rumahnya runtuh setelah daerah tersebut dilanda hujan deras selama tiga jam. Hujan yang turun sejak pukul 18.00 WIB meruntuhkan tanah tebing dan langsung menghantam tembok bagian belakang. Tak hanya itu material tanah liat bercampur batu juga masuk ke rumah.
Beruntung saat kejadian tak ada anggota keluarga Sujianto di rumah. Sejak sebelum hujan turun, mereka berada di rumah orang tuanya. Sehingga ketika tanah tebing menghantam rumah tersebut tak ada seorang pun di dalamnya.
Baca juga:
Banjir Garut, 20 Orang Masih Hilang Pencarian Diperluas
Mary Jane Belum Dieksekusi Atas Permintaan Filipina
Akibat longsor ini sejumlah perabot rumah tangga keluarga miskin ini rusak. Di antaranya adalah ranjang dan perabot rumah tangga yang pecah. Sujianto sendiri tidak menduga jika hujan semalam telah meruntuhkan rumah yang baru tiga pekan ditempati. Bangunan tembok yang runtuh juga belum sempat disemen.
Untuk menyingkirkan reruntuhan tanah tersebut, Sujianto dengan dibantu warga setempat bekerja keras menggunakan cangkul. Ini lantaran posisi rumah yang berada di lereng tebing tak memungkinkan mendatangkan alat berat untuk mempercepat pengerukan. Untuk sementara Sujianto dan keluarganya terpaksa berdiam di rumah orang tuanya. “Takut juga jika hujan deras,” ucapnya.
Baca: Hujan Tiada, Banjir Sampang Surut
Kepala Kantor Kecamatan Pule Edif Hayunan mengatakan tak bisa melakukan pembersihan longsor dengan cepat. Selain tidak adanya dukungan alat berat, kondisi tanah yang labil turut mengancam keselamatan petugas di lokasi kejadian. “Hanya bisa membersihkan di tempat yang aman saja,” kata Edif.
Selain itu, sejumlah aparat kepolisian dan TNI dengan dibantu polisi hutan juga berjuang membuat saluran air agar longsor tidak bertambah parah. Saluran ini akan mempermudah aliran air yang turun dari tebing sehingga tidak meruntuhkan material di atasnya.
Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, ada dua titik longsor di Desa Pule. Selain di Dusun Trisan yang meruntuhkan rumah warga, longsor lain menutup sebagian ruas jalan di jalur Bak Pacar yang menghubungkan Desa Pule dengan Desa Sidomulyo.
HARI TRI WASONO